Sunday, November 30, 2008

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN PIKIRAN DAN LoA

YOUR FAITH CREATE A REALITY

- Syahril Syam

Hal paling menarik ketika membicarakan hubungan antara kekuatan pikiran kita dan Law of Attraction (LoA-Hukum Tarik Menarik), adalah ketika kita mengawalinya dengan membahas dunia medis. Anda mungkin pernah mendengar tentang efek plasebo. Kata plasebo berasal dari bahasa Latin yang secara harfiah berarti: “saya akan menyenangkan (Anda)”. Dalam kedokteran modern, kata ini merujuk pada obat atau prosedur yang tidak memiliki bahan aktif menyembuhkan, tetapi diberikan hanya dengan tujuan menenangkan atau menyenangkan pasien. Contoh yang sering kita dengar mengenai hal ini adalah ketika seorang pasien yang diberi obat dan ternyata sembuh. Tetapi ternyata, obat yang diberikan bukanlah obat yang sesungguhnya tetapi hanya berupa pil gula yang tidak memiliki khasiat menyembuhkan sama sekali.

Sebenarnya efek plasebo bekerja berdasarkan tiga hukum sederhana:

  1. Kepercayaan pasien
  2. Kepercayaan dokter
  3. Kekuatan spiritual yang dibangkitkan oleh rasa saling percaya antara dokter dan pasien, yang menghubungkan secara emosional dokter dan pasien

Ketiga faktor inilah yang melandasi kerja dari efek plasebo itu. Penelitian telah membuktikan bahwa sekitar 75 persen pasien yang diperiksa oleh dokter tidak dapat ditolong dengan obat atau operasi tertentu. Akan tetapi, banyak orang yang tertolong hanya karena mereka mengunjungi dokter, percaya kepadanya, dan mendapatkan rasa aman darinya.

Penelitian lain juga membuktikan hal ini, yaitu ketika dilakukan penelitian pada ibu-ibu yang akan segera melahirkan di Guatemala. Para peneliti ingin mengatahui tentang efek “kehadiran pendamping” dalam persalinan. Dr. Roberto Sosa dan koleganya menemukan bahwa para wanita yang didampingi seorang sahabat (atau keluarga yang memberikan dorongan moral positif) selama persalinan berpeluang jauh lebih kecil mengalami komplikasi yang memerlukan tindakan medis daripada mereka yang tanpa pendamping.

Yang mengherankan, persalinan ibu-ibu dengan pendamping berlangsung lebih cepat dan mudah. Ibu-ibu dengan pendamping juga cenderung lebih lama terjaga setelah melahirkan, dan mereka lebih banyak tersenyum, membelai, atau berbicara dengan bayi mereka yang baru lahir. Penelitian ini menunjukkan bahwa seorang pendamping dapat mengurangi stres dan kecemasan yang dapat mempersulit proses persalinan.

Penelitian yang lain juga dilakukan di Rumah Sakit Umum Massachusetts. Penelitian ini ingin mengetahui seberapa jauh pengaruh seorang dokter yang ramah – terutama dokter spesialis anestesiologi – dalam proses pemulihan pasien. Para pasien kemudian dibagi menjadi dua kelompok, dan tidak seorang pun – dokter-dokter lain, staf rumah sakit, dan pasien – mengetahui ke dalam kelompok mana pasien tertentu dimasukkan. Oleh karena itu, semua pasien ditangani secara rutin, tanpa perhatian atau perlakuan khusus selama penelitian. Dan kedua kelompok diatur berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat keparahan penyakit, dan jenis operasi.

Sebelum pasien dioperasi, pada kelompok pertama, seorang dokter spesialis anestesiologi berbicara kepada setiap pasien dengan acuh tak acuh. Dia memberikan penjelasan singkat mengenai operasi yang akan dilakukan dan waktu yang diperlukan untuk pemulihan. Kelompok ini juga tidak mendapat perawatan khusus. Sedangkan untuk kelompok kedua, mereka mendapat kunjungan dokter spesialis anestesiologi yang sama, tapi menghabiskan waktu beberapa menit lebih lama untuk berbincang-bincang secara ramah dengan pasien dan mencoba membangun semacam ikatan pribadi. Dia mendengarkan keluhan dan kecemasan pasien, dan menjawab berbagai pertanyaan pasien seputar operasi yang akan dilakukan. Secara keseluruhan, perbincangan ini dilakukan dalam suasana hangat dan menimbulkan rasa percaya dan rasa aman terhadap pasien.

Setelah operasi selesai, muncul perbedaan nyata antara kedua kelompok. Sekalipun staf rumah sakit diperbolehkan memberikan obat penghilang nyeri sebanyak yang diperlukan oleh kedua kelompok; kenyataannya kelompok kedua hanya meminta separo jumlah yang diminta oleh kelompok pertama. Pasien pada kelompok kedua juga lebih cepat pulih dan mereka dipulangkan dari rumah sakit rata-rata 2,7 hari lebih awal dari kelompok pertama.

Ada lagi penelitian yang agak “sedikit menipu” yang dilakukan pada tahun 1950-an. Penelitian ini dilakukan pada proses pembedahan pasien. Pasien pada kelompok pertama dilakukan sebuah pembedahan yang sesungguhnya atas penyakit yang dialami, sedangkan pada kelompok kedua hanya dilakukan sebuah sayatan tidak berarti setelah dilakukan pembiusan.

Hasilnya cukup mencengangkan, pasien pada kelompok kedua – yang mendapat sayatan tidak berarti – seratus persen dari jumlah mereka sembuh dari penyakitnya. Sedangkan pada kelompok pertama, hanya sebesar 76 persen dari jumlah mereka yang mengalami perbaikan. Walau ada unsur penipuan (dan oleh sebab itu cara ini tidak diperbolehkan dilakukan dewasa ini), kita dapat melihat bahwa kekuatan pikiran berupa kepercayaan dan keyakinan pasien dapat mempengaruhi tubuh mereka.

Saya ingin menambahkan kepada Anda satu penelitian lagi, yang dilakukan terhadap pasien penderita asma di Pusat Medis Downstate di Brooklyn. Para pasien diminta menghirup zat tidak berlabel. Mereka hanya diberitahu bahwa zat tersebut, untuk sementara waktu, akan memperberat gejala asma mereka. Apa yang terjadi? Banyak di antara mereka ketika menghirup zat tersebut mendapat serangan asma berat. Mereka mulai tersengal-sengal, sulit bernapas, dan megap-megap tanpa kendali. Padahal zat yang mereka hirup hanyalah larutan garam yang tidak berbahaya.

Yang lebih menarik lagi adalah ketika mereka kemudian diminta untuk menghirup larutan zat penawar dan dikatakan bahwa ketika mereka menghirupnya, gejala asma mereka akan mereda. Dan benar sekali. Mereka yang tadinya mendapat serangan asma, setelah menghirup zat penawar tersebut, serangan asma yang terjadi segera berhenti. Dan yang sangat menarik disini adalah: zat penawar yang mereka hirup tadi adalah larutan garam yang sama dengan larutan garam yang dihirup tadi.

Serangkaian penelitian ini membuktikan kepada kita bahwa kekuatan PERCAYA ATAU YAKIN yang ditimbulkan oleh seseorang atau mendapat respon positif dari orang lain sehingga PERCAYA, dapat mempengaruhi tubuh. Dr. Joan Z. Borysenko dari Fakultas Kedokteran Harvard mengungkapkan bahwa pasien-pasien penderita kanker yang hidup lebih lama memiliki sejumlah persamaan:

  1. Mereka tidak mudah cemas atau tertekan; mereka dilaporkan memiliki keyakinan dan rasa percaya diri
  2. Mereka memiliki “semangat juang” untuk sembuh. Mereka memiliki TEKAD yang kuat untuk sembuh.

Penelitian tentang efek plasebo telah memberikan begitu banyak bukti bahwa pikiran kita dapat mempengaruhi tubuh dan keyakinan yang begitu kuat dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit fisik. Pertanyaan yang bisa kita ajukan lebih lanjut adalah: Jika kekuatan pikiran kita mampu mempengaruhi tubuh kita, maka apakah kekuatan pikiran kita juga mampu mempengaruhi segala sesuatu di luar tubuh kita? Atau dengan kata lain, apakah kekuatan pikiran kita juga mampu mempengaruhi realitas di luar diri kita?

Thursday, November 27, 2008

HIDUP DAN BEKERJA DENGAN PENUH KESADARAN

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung

- QS 62:10

Diri jika tidak Anda sibukkan,

maka dia akan menyibukkan Anda

- Ali bin Abu Thalib

Pada tahun 1908 terdapat dua buah buku yang terbit bersamaan, buku pertama berjudul Introduction to Social Psychology, terbit di London, ditulis oleh William McDougall, seorang psikolog. Dan buku yang kedua berjudul Social Psychology, terbit di New York, ditulis oleh Edward Ross, seorang sosiolog.

Jika McDougall menekankan faktor-faktor psikologis (personal) dalam menentukan interaksi sosialnya dalam masyarakat, maka Ross menekankan pentingnya faktor-faktor situasional dan sosial dalam interaksi kita di masyarakat. Sayangnya, kala itu psikologi dengan mashab behaviorisme lagi sedang popoler, sehingga dalil-dalil McDougall kehilangan suaranya dan membuat suara Ross menjadi nyaring.

Mashab behaviorisme lahir di negeri Paman Sam, dan mashab ini merupakan sebuah aliran psikologi yang mengajarkan bahwa perilaku manusia ditentukan, dipengaruhi, dan dikendalikan oleh faktor-faktor eksternal atau lingkungan.

Hal ini dapat kita lihat pada dua konsep penting dari mashab ini yaitu, pelaziman klasik dan pengondisian operan. Pelaziman klasik sering disebut-sebut oleh para motivator melalui percobaan Pavlov (1849 – 1936). Pavlov menyebutkan bahwa refleks pada manusia itu terbagi atas dua: refleks bawaan dan refleks terkondisikan. Refleks bawaan itu adalah respon yang kita berikan tanpa melalui proses belajar, seperti mengucapkan kata “aduh” ketika kaki Anda tersandung.

Sedangkan penelitian refleks terkondisikan Pavlov yang sangat terkenal adalah salvias (proses keluarnya air liur pada anjing). Suatu ketika Pavlov meletakkan daging di depan anjing lapar yang hanya dapat menciumi dan melihatnya tetapi tidak dapat menyentuhnya. Daging ini menjadi rangsangan yang kuat bagi anjing merasakan rasa laparnya. Segera anjing-anjing itu mengeluarkan air liur berlebihan. Sementara anjing-anjing ini sedang dalam keadaan sangat lapar, Pavlov tetap membunyikan bel dengan nada tertentu. Segera ia tidak membutuhkan daging lagi – ia hanya perlu membunyikan bel dan anjing segera merasa lapar seolah ada daging di depan mereka. Ia telah menciptakan hubungan saraf antara bunyi bel dan keadaan lapar atau keluarnya air liur. Sejak saat itu, ia hanya perlu membunyikan bel dan anjing segera berada dalam keadaan lapar.

Percobaan Pavlov ini kemudian menjelaskan tentang daya sugesti (suggestibility) dalam dunia hipnosis. Setiap kata, perilaku, dan faktor-faktor lingkungan merupakan stimulus yang kita terima yang memiliki daya hipnosis yang ampuh. Jika Anda suka menonton sinetron dan begitu asyiknya sehingga walau sinetronnya berhenti sesaat oleh iklan Anda tidak akan pindah chanel, maka dapat dipastikan Anda telah terhipnosis oleh hampir semua iklan yang ditayangkan. Mau bukti? Kalau saya sebut sabun mandi, maka merek apa yang langsung terlintas dibenak Anda? Kalau mi instant gimana? Merek apa yang terlintas? Anda pasti secara otomatis bisa menyebutkannya, padahal Anda tidak melakukan upaya sadar untuk mengingat semua merek itu, tapi merek itu sudah masuk dalam pikiran Anda. Anda telah terhipnosis. Seperti yang saya sebutkan dalam buku pertama saya, The Secret of Attractor Factor, terdapat dua jenis stimulus positif yang kita terima: positif tapi negatif dan positif yang positif.

Jika percobaan Pavlov tadi menjelaskan tentang pengondisian klasik, maka pada tahun 1930-an seorang pemikir lain, Burrhus Frederick Skinner menjelaskan tentang pengondisian operan. Skinner melakukan sebuah penelitian dengan burung merpati. Burung merpati tersebut dimasukkan ke dalam sebuah kotak yang dapat diamati. Merpati tersebut bergerak sekehendaknya, dan ketika kakinya menyentuh tombol kecil pada dinding kotak, makanan akan keluar dan merpati tersebut merasa senang. Mula-mula merpati tersebut tidak mengetahui hubungan antara menyentuh tombol kecil dengan makanan yang keluar. Tapi ketika ia menyentuhnya lagi, makanan keluar lagi. Dengan beberapa kali pengulangan, maka merpati tersebut mulai mengerti bahwa bila ia ingin makan, cukup dengan menyentuh tombol tersebut.

Jika seorang karyawan mengerjakan tugasnya dengan baik dan bos memberikan bonus. Maka akan terbentuk suasana bahwa mengerjakan tugas yang baik, pasti akan diberi bonus lagi. Inilah yang oleh Skinner disebut sebagai peneguhan (reinforcement), yaitu proses memperteguh respon yang baru dengan mengasosiasikan dengan stimuli tertentu berkali-kali. Dalam dunia saat ini, peneguhan itu biasa disebut sebagai reward. Peneguhan atau reward inilah yang menguatkan respon karyawan tadi dalam bekerja dengan baik.

Mashab behaviorisme ini tidak memedulikan apakah manusia itu baik atau buruk, rasional atau emosional; mashab ini hanya peduli bagaimana manusia dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Manusia melakukan proses belajar yang didapat dari lingkungannya. Itulah sebabnya behavioris ini disebut juga dengan teori belajar, yang kemudian melahirkan konsep manusia mesin.

Jika kita menelusuri mashab ini, maka kita akan sampai pada empirisisme dan hedonisme pada abad ke-17 sampai abad ke-18. Empirisisme mengatakan bahwa sejak lahir manusia tidak memiliki “warna mental”, hingga ia kemudian diwarnai oleh pengalaman. Sehingga menurut empirisisme, satu-satunya sumber pengetahuan kita adalah pengalaman. Sedangkan hedonisme merupakan paham filsafat etika yang memandang manusia sebagai makhluk yang bergerak untuk memenuhi kepentingannya sendiri, mencari kesenangan dan menghindari penderitaan.

Paham hedonisme inilah yang menurut saya dijelaskan oleh Robert Kiyosaki dalam bukunya Rich Dad, Poor Dad. Menurut Robert Kiyosaki, manusia dikendalikan oleh dua emosi utama dalam mengejar kebutuhan hidup dan kekayaan, yang membuat mereka seperti perlombaan tikus. “Kebanyakan orang mempunyai harga. Dan mereka mempunyai harga karena emosi manusia yang disebut ketakutan dan ketamakan. Pertama, takut hidup tanpa uang memotivasi kita untuk bekerja keras, dan kemudian setelah kita mendapat slip gaji, ketamakan atau nafsu berpikir mengajak kita untuk mulai berpikir tentang semua hal indah yang bisa di beli dengan uang. Pola itu pun kemudian terbentuk,” kata ayah kaya dalam buku Robert Kiyosaki.

Kebanyakan manusia kemudian betul-betul menjadi mesin otomatis yang dikendalikan sepenuhnya oleh lingkungan. Lewis Yablonsky menyebut manusia seperti ini sebagai “robopaths”. Manusia dipisahkan dari makna hidupnya, dari fitrah manusianya. Manusia berperilaku secara otomatis dan bersifat rutinitas yang kehilangan spontanitas, kreatifitas, dan individualitas. Manusia berperan sebagai robot yang bergerak secara monoton, tanpa emosi, tanpa nilai, dan tanpa makna.

Manusia robot akan selalu melakukan rutinitas yang itu-itu saja. Bangun pagi, makan, bekerja, pulang, menonton televisi, berlibur sesekali; namun mereka makin lama makin stress dan merasa hidup ini semakin hampa. Prinsip reward yang sering didapatkan karyawan di kantor memang menaikkan produktivitas kerja. Namun, lama kelamaan akan kembali menjadi hambar kembali. Dan ini akan terus berulang dalam proses kerja dan mencari kesuksesan. Manusia kemudian laksana anjing dalam penelitian Pavlov atau Merpati dalam penelitian Skinner.

Saya tidak bermaksud menjelekkan mashab behaviorisme. Pada diri manusia memang ada sistim otomatis, dan dalam perkembangannya penelitian Pavlov dan Skinner kemudian melahirkan berbagai metode dahsyat dalam melakukan perubahan diri dan perilaku. Hanya saja, menggambarkan manusia secara utuh sebagai sistem yang bersifat mekanik inilah yang kemudian mendapat penentangan bagi mashab behavioris ini. Dan behavioris ternyata tidak mampu menjelaskan tentang self-motivated.

Kata Dr. Jalaluddin Rakhmat, “Behaviorisme memang agak sukar menjelaskan motivasi. Motivasi terjadi dalam diri individu, sedang kaum behavioris hanya melihat pada peristiwa-peristiwa eksternal.” Behaviorisme ini melupakan bahwa manusia tidak sama dengan anjing atau merpati. Anjing dan merpati memiliki sifat mekanik yang diatur oleh pola-pola tertentu, dan manusia memiliki lebih dari itu, yaitu pikiran dan perasaannya.

Apa yang digambarkan selama ini oleh kebanyakan motivator ternyata hanya bertumpu pada mengejar kesenangan dan menghindari penderitaan (hedonisme). Salah satunya adalah menulis impian yang ingin diraih. Pada dasarnya teknik ini justru telah membuat kita masuk dalam perangkap hedonisme. Kita menulis segala hal yang ingin kita raih, dan meninggalkan seluruh penderitaan kita. Menulis impian selama ini kebanyakan hanya digerakkan oleh dua emosi yang digambarkan oleh Robert Kiyosaki di atas, tanpa memedulikan pada apa sih yang sebenarnya ingin dicari dalam hidup ini?

Deepak Chopra menggambarkan hal ini dengan sangat indah: “Pada hampir semua orang, partisipasi dalam kisah-kisah kehidupan kita ini terjadi otomatis, tanpa disadari. Kita hidup seperti aktor dalam sebuah drama, yang diberikan peran tanpa memahami keseluruhan kisahnya. Tetapi ketika Anda berhubungan dengan jiwa Anda, Anda lihat keseluruhan naskah cerita dramanya. Anda mengerti. Anda tetap berpartisipasi dalam kisahnya, tetapi sekarang Anda berpartisipasi dengan penuh sukacita, dengan sadar, dan dengan sepenuhnya. Anda bisa membuat pilihan-pilihan yang didasarkan kepada pengetahuan dan lahir dari keterbebasan. Setiap momennya menjadi lebih berkualitas berkat penghargaan terhadap apa artinya itu dalam konteks kehidupan kita.”

Dengan kata lain, kita berpindah dari makhluk otomatis dan seolah-olah tidak mempunyai pilihan hidup; Dan menjadi makhluk merdeka yang menyadari bahwa kita memiliki banyak pilihan dalam hidup ini. Seperti kata Imam Ali di atas: “Diri jika tidak Anda sibukkan, maka dia akan menyibukkan Anda.” Sibukkan diri kita dengan melakukan upaya sadar menggali value-value kita. Karena bukankah kita telah diciptakan dengan fitrah yang sempurna.

Friday, November 21, 2008

TUHAN ITU MAHA PEMBERI

Saya ingin Anda membayangkan rejeki Tuhan itu sebanyak luasnya samudera, bahkan lebih banyak lagi. Dan banyaknya tidak bisa Anda perkirakan. Tapi sebagai analogi, kita bayangkan saja sebanyak luasnya samudera. Dan rejeki sebanyak itu diperuntukkan kepada setiap manusia yang ada di muka bumi. Maka pertanyaannya adalah: Siapakah orang yang terkaya di dunia?

Anda mungkin akan berkata: “Tidak ada yang paling kaya, kan semuanya itu milik bersama. Jadi sama rata dong bagi hasilnya” Oke, betul bahwa kekayaan sebanyak itu adalah milik bersama, tetapi seberapa banyakkah yang bisa Anda bawa pulang ke rumah Anda? Atau kita spesifikkan pertanyaanya menjadi: Seberapa besar “tempat” yang Anda bawa untuk mengambil rejeki itu di samudera luas?

Ada yang datang membawa sebuah ember kecil untuk mengambil rejeki Tuhan di samudera luas. Ada juga yang datang membawa sebuah truk dengan di atasnya terdapat bergalon-galon tempat untuk menampung rejeki Tuhan yang diambilnya di samudera luas. Atau mungkin ada membuat saluran pipa panjang dari samudera rejeki itu ke rumahnya, sehingga ia bisa kapan saja memutar kran rejeki itu dan menjadi miliknya setiap saat. Atau juga ada yang merasa tidak punya “tempat”, sehingga harus mengambil rejeki Tuhan itu dengan menampung di telapak tangannya.

Seberapa besar pun “tempat” Anda, Andalah yang menentukan sendiri. Tuhan itu Maha Pemberi. Ia senantiasa memberikan apapun keinginan kita dan senantiasa mengalirkan rejeki yang berlimpah. Persoalannya hanyalah, seberapa besar “tempat” penampungan kita dalam menampung rejeki Tuhan.