Sunday, September 28, 2008

BERSYUKURLAH DAN BERSABARLAH

Alkisah Nabi Isa as berjalan-jalan bersama beberapa orang sahabatnya. Di tengah jalan mereka menemukan bangkai seekor anjing yang telah membusuk. Semua sahabat Nabi Isa as seketika itu juga menutup hidup mereka sambil berkata, “Betapa busuknya anjing itu”. Yang lainnya turut menimpali, “Anjing itu mati di tengah jalan dan mengganggu”. Semua sahabat Nabi Isa as mengeluh dengan adanya bangkai anjing itu dan sedikit mengumpat. Ketika Nabi Isa as mendekati anjing tersebut, beliau berkata, “Coba kalian perhatikan! Betapa putihnya gigi anjing itu.”

Kebanyakan orang di sekeliling kita senantiasa sering mengeluh dengan selalu memperhatikan hal-hal yang dirasa kurang. Walau kebanyakan PNS sudah menerima gaji 13, masih saja banyak yang mengeluh “sama saja bohong, barang-barang naik semua”. Hampir semua hal dikeluhkan oleh kebanyakan orang, seolah-olah bahwa sudah tidak ada lagi hal baik dan menguntungkan di muka bumi ini.


Jika kita perhatikan proses kerjanya, mengeluh merupakan sebuah sifat yang selalu mengacu pada perasaan kurang. Orang-orang yang sering mengeluh selalu mengacu pada keadaan yang mereka anggap kurang dan tidak sesuai keinginan mereka. Karena mengeluh itu selalu mengacu pada keadaan kurang, maka keadaan kekuranganlah yang sering juga didapatkan oleh mereka-mereka yang suka mengeluh.


Coba kita perhatikan bersama ayat Allah swt berikut ini: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat) –Ku (QS 2:152). Bersyukur selalu dikaitkan dengan jangan mengingkari nikmat Allah. Jadi, ketika seseorang mengeluh, pada dasarnya ia fokus pada kekurangan yang selalu ia lihat. Ia tidak menghargai semua yang sudah dimilikinya, tetapi senantiasa fokus pada kekurangan. Hal ini membuat dirinya secara otomatis tidak termasuk hamba yang bersyukur.


Tetapi sebaliknya, ketika kita fokus pada kelimpahan, kita senantiasa menghargai apa yang telah kita miliki, maka secara otomatis kita berhenti mengeluh dan mulai bersyukur kepada Allah atas semua nikmat-Nya. Dan jika hal ini yang kita lakukan, maka lihatlah janji Allah swt berikut ini: Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia (QS 27:40). Berhenti mengeluh berarti kita sudah tidak fokus pada kekurangan, tetapi fokus pada kelimpahan. Dan karena bersyukur adalah fokus pada kelimpahan, maka secara otomatis juga Allah swt akan senantiasa memberikan kelimpahan yang melimpah kepada kita.


Nah, memasuki bulan ramadhan, puasa mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas segala nikmat-Nya. Puasa merupakan sebuah latihan bagi kita untuk berhenti mengeluh karena lapar, berhenti mengeluh karena haus; karena toh selain lapar dan haus, masih begitu banyak nikmat Allah swt yang patut kita hargai dan syukuri. Oleh sebab itu, dengan berpuasa kita dikondisikan untuk berhenti mengeluh, dan jika ini kita lakukan, insyaAllah kita akan sampai pada derajat takwa, seperti janji Allah swt berikut ini: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS 2:183).


Dalam upaya kita untuk berhenti mengeluh ini, kita juga membutuhkan sebuah sifat lain yang merupakan sahabat dari syukur ini. Karena tanpa sahabat yang satu ini, kemampuan menghargai nikmat Allah swt akan terhenti dan digantikan dengan keluhan lagi. Sahabat syukur yang manakah itu. Mari kita lihat kata Allah swt: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" (Semuanya dari-Mu dan hanya kepada-Mu kami kembali). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (QS 2:155-157).


Di sepanjang hidup kita, mungkin kita pernah melewati masa-masa sulit dan seringkali membuat putus asa. Tetapi apakah keadaan itu membuat kita kembali mengeluh, ataukah keadaan sulit itu belum setara dengan banyaknya nikmat Allah swt kepada kita? Jika kita memilih bahwa masih begitu banyak nikmat Allah swt kepada kita dan keadaan sulit yang kita alami masih belum seberapa dibandingkan nikmat-Nya, maka kita merupakan orang-orang yang berpegang teguh pada rasa syukur. Kemampuan bertahan untuk selalu fokus pada kelimpahan dan menghargai hidup inilah yang membuat kita termasuk orang-orang yang sabar. Dan seperti janji Allah swt di atas, bersyukur dan bersabar pasti membuahkan hasil yang melimpah bagi kita, baik secara materi maupun secara ruhani. Dan semoga puasa ini menjadikan kita termasuk orang-orang yang bersyukur dan bersabar ……………… amin!