Sunday, June 10, 2007

SQ Dalam Dirimu


Dia yang memiliki mengapa untuk hidup, akan bisa bertahan dalam hampir semua bagaimana.

- Nietzsche -

Emosi yang sedang menderita, tidak akan lagi menderita setelah kita membuat gambaran yang jelas dan benar dari penderitaan tersebut

- Spinoza -

Kita bukanlah manusia yang memiliki pengalaman spiritual;

Kita adalah makhluk spiritual yang memiliki pengalaman manusia

- Teilhard de Chardin -

Ketika Jeepers dilahirkan di sebuah kebun binatang, ibunya memberikan dia perhatian sebagaimana normalnya seekor ibu kera, membawanya kemana pun dalam gendongannya, merawatnya, “meninjunya sekali-sekali” ketika dia menjadi pengganggu, berceloteh dengannya, dan menyusuinya kapan pun dia menginginkan makanan. Mereka hidup dalam sebuah sangkar yang merupakan sebuah komunitas kera, dan Jeepers dengan cepat berlari-larian gembira bersama bayi-bayi kera lainnya.

Creepers tidak seberuntung itu. Ibunya mati sesaat setelah dia lahir dan Creepers ditinggal dalam sebuah kandang yang di dalamnya hanya ada beberapa kera laki-laki yang lebih dewasa. Pemiliknya memberinya makan pada waktu-waktu tertentu, tapi tidak ada kera lain yang menimangnya, berceloteh padanya, merawatnya, dan peduli padanya. Dia duduk sendirian sepanjang hari, biasanya diam membisu, tampak sedih.

Kurang lebih setahun setelah kelahirannya, sebuah infeksi menyerang kebun binatang dan Jeepers dan Creepers mati dengan menyedihkan. Seorang psikolog yang menaruh minat pada perilaku kera mengotopsi otak kedua kera tersebut. Dia mendapati dengan takjub bahwa Jeepers memiliki sistem saraf mental yang berkembang baik, mirip sekali dengan sebatang pohon ek – dengan jutaan cabang yang berjalinan dengan rumitnya. Sistem saraf Creepers, sebaliknya, tampak seperti pohon kering. Benar-benar tidak berkembang.

Kasih sayang membuat sistem otak dan tubuh membuka diri, berfungsi dengan baik, menerima, melakukan eksplorasi, dan berkembang.

Kisah nyata yang saya ceritakan di atas menjelaskan kepada kita akan pentingnya kasih sayang bagi manusia. Menurut Tony Buzan – pakar otak – ketika berbicara tentang otak, kita sering menganggap bahwa makanan otak itu hanyalah makanan yang bergizi yang standar. Padahal menurutnya, makanan otak itu lebih dari sekedar itu saja. Selain makanan yang bergizi, makanan otak yang sama pentingnya dengan makanan bergizi adalah oksigen, kasih sayang, dan informasi.

Tadi kita telah sedikit membahas akan pentingnya kasih sayang. Pertanyaan yang dapat kita ajukan di sini adalah: Mengapa kasih sayang itu penting bagi manusia? Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa tanpa kasih sayang kita akan mati. Kasih sayang juga membantu perkembangan arsitektur otak dan perkembangan kepribadian dan emosi. Menurut Dr. Steinberg, orang dewasa yang paling besar kebutuhan emosionalnya adalah mereka yang tidak menerima cukup cinta orangtua saat kecil atau yang cinta orangtua-nya kurang konsisten atau kurang tulus.

Dari kasih sayang ini akan membawa kita pada makna hidup. Jika ketiadaan kasih sayang berhubungan dengan gangguan emosional, maka ketiadaan makna hidup berdampak pada kemampuan menemukan bahagia. Saya tiba-tiba teringat dengan Viktor Frankl, yang menulis buku Man’s Search for Meaning. Frankl termasuk psikolog awal yang mempelopori berdirinya mashab eksistensi dalam dunia psikologi. Beliau termasuk pelopor awal yang membahas pentingnya makna hidup bagi manusia.

Pada awal bab buku tersebut, Frankl menceritakan kisah nyatanya, ketika ia berada dalam kamp konsentrasi. Ia berhasil selamat dari penyiksaan yang luar biasa selama bertahun-tahun di tahanan itu. Dan, ia menjadikan dirinya sendiri sebagai objek penelitian psikologi ilmiah yang menarik. Menurutnya, tahanan yang sudah kehilangan kepercayaan akan masa depan – masa depannya sendiri – sedang menuju ke arah kehancuran. Dengan kehilangan kepercayaan terhadap masa depan, dia juga akan kehilangan pegangan spiritual; dia membiarkan dirinya hancur dan menjadi subjek dari kehancuran mental dan fisik. Ini seperti kata Nietzsche,”Dia yang memiliki alasan untuk hidup, bisa menghadapi keadaan apapun”.

Dan, benar saja, tahanan yang berhasil keluar dengan selamat adalah mereka yang memiliki sejumlah alasan untuk hidup. Mereka yang memiliki makna hidup. Inilah ciri-ciri dari orang-orang yang menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, memiliki kecerdasan spiritual (SQ) yang tinggi.

Menurut Zohar dan Marshall, SQ adalah kecerdasan yang kita pakai untuk merengkuh makna, nilai, tujuan terdalam, dan motivasi tertinggi kita. Kecerdasan spiritual adalah cara kita menggunakan makna, nilai, tujuan, dan motivasi itu dalam proses berpikir kita, dalam keputusan-keputusan yang kita buat, dan dalam segala sesuatu yang kita pikir patut dilakukan.

Secara ilmiah dapat dibuktikan bahwa setiap orang memiliki kecerdasan ini. Pada akhir 1990-an, para ilmuwan menemukan Titik Tuhan dengan menstimulasi secara artifisial daerah lobus temporal dengan sebuah instrumen magnetis. Begitu terstimulasi, bahkan seorang pakar neurosains ateis pun menyatakan telah “melihat Tuhan” dalam laboratoriumnya. Dengan demikian, setiap orang dapat menstimulus Titik Tuhan tersebut dengan melakukan aktivitas yang sesuai. Menurut Zohar, untuk menghasilkan pengalaman tentang kecerdasan spiritual, aktivitas Titik Tuhan harus sepenuhnya diintegrasikan dengan aktivitas yang lebih luas dari otak, dan dengan IQ dan EQ. Bagaimana cara melakukannya? Walaupun cara ini telah ditemukan selama paruh kedua 1990-an, namun mengingat ruang makalah ini, saya cukup mengutip cara yang dikemukakan oleh DR. Jalaluddin Rakhmat.

Menurut beliau, cara untuk meningkatkan SQ adalah:

  1. Baca kitab suci
  2. Pelajari kehidupan para nabi dan orang saleh
  3. Belajar dari orang ber-SQ tinggi
  4. Biasakan mengubah “di dalam diri” bukan “di luar diri”
  5. Lakukan ibadat dengan serius
  6. Sediakan waktu khusus untuk BERDOA
  7. Belajar menajamkan “indra batiniah”

Sebagai penutup, saya kembali ingin mengutip tanda-tanda orang ber-SQ tinggi, sekaligus cara untuk meningkatkan SQ, yang dikemukakan oleh Tony Buzan:

1. Memperoleh “Gambar Besar”

Anda adalah sebuah keajaiban. Anda merupakan bagian dari alam semesta yang tak terkira. Menyadari hal ini, akan membantu Anda untuk menyadari kebesaran Tuhan.

2. Mengungkap Nilai Anda

Nilai-nilai dan prinsip-prinsip menentukan perilaku Anda, dan memilki pengaruh besar terhadap kemungkinan sukses Anda dalam hidup.

3. Visi dan Tujuan Hidup Anda

Viktor Frankl (telah diceritakan di atas) adalah contoh yang baik tentang pentingnya memiliki visi dan tujuan hidup.

4. Kasih Sayang – Memahami Diri Anda dan Orang Lain

Orang yang cerdas spiritual dan penuh kasih sayang akan punya rasa komitmen pada orang lain, dan akan mengambil tanggung jawab untuk membantu mereka.

5. Memberi dan Menerima! Amal dan Syukur

Jiwa Anda belajar bernapas ke dalam (syukur) dan menghembuskan napas (amal). Ini penting dari kebaikan kembar, untuk memperbesar kecerdasan spiritual.

6. Kekuatan Tertawa

Tertawa adalah kualitas vital dari kecerdasan spiritual dan memberi Anda manfaat dalam banyak hal, termasuk mengurangi level stres dan secara umum membawa pada kehidupan yang lebih ceria dan bahagia.

7. Menuju Taman Bermain Anak-anak

Penelitian telah menunjukkan bahwa semakin Anda menjadi cerdas spiritual, kepolosan Anda, keceriaan, kegembiraan, spontanitas, antusiasme, dan semangat berpetualang, seperti layaknya anak-anak, akan meningkatkan kualitas hidup Anda.

8. Kekuatan Ritual

Ritual ibadah terbukti meningkatkan stabilitas emosional dan spiritual, mengurangi stres, menjadi lebih gigih serta tekun, lebih kuat, dan lebih percaya diri.

9. Damai

Mengelola “lingkungan internal” diri akan membawa ke arah kebahagiaan dan ketenangan hidup.

10. Yang Anda Butuhkan adalah CINTA

Cinta pada diri sendiri, orang lain, alam bisa dianggap sebagai Kehidupan dan Tujuan Akhir Spiritual. Ketiadaan cinta bisa menyebabkan kecemasan, depresi, rasa sakit penderitaan, nelangsa, putus asa, penyakit, dan, yang paling akhir, kematian.

ORANG-ORANG BESAR ADALAH MEREKA YANG JIWA SPIRITUALNYA LEBIH KUAT DARIPADA KEKUATAN MATERI

(Ralph Waldo Emerson)

No comments:

Post a Comment