Thursday, February 14, 2019

CEMAS ATAU MENGALIR?

Saat Anda berada di dalam suatu pertandingan, biarkan diri Anda mengalir, seakan tidak ada hal lain yang lebih penting, kecuali hanya pada apa yang terjadi saat itu – Syahril Syam

            Bill Russell adalah orang yang hebat di dunia basket. Ia adalah atlet yang berasal dari University of San Francisco dan satu-satunya atlet yang pernah memenangkan NCAA Championship, medali emas Olimpiade, dan kejuaraan professional dalam satu tahun, di tahun 1956. Selama tahun 1950-an dan 1960-an, Russell adalah pemimpin dinasti Boston Celtics yang memenangkan kejuaraan NBA selama 11 kali selama 13 tahun. Bill dianggap sebagai pemain tim terbaik sepanjang sejarah. Hanya segelintir orang dalam sejarah basket yang dapat bermain bertahan dan menyerang sama baiknya.

            Tetapi Bill Russell memiliki masalah. Ia selalu muntah sebelum bertanding. Russell menjadi begitu gugup di ruang ganti sehingga ia tidak dapat memulai pertandingan tanpa berlari ke wastafel untuk muntah. Celtics meminta dokter untuk memastikan agar Russell tidak dehidrasi dan teman satu tim senang menggodanya dengan berkata bahwa ia tidak boleh makan siang sebelum bertanding.
            Hingaa suatu ketika di tahun 1963 – 1964, untuk pertama kalinya ia tidak muntah. Ia berjalan ke ruang ganti Celtics dan menyadari bahwa selama karir olahraganya, ia baik-baik saja dan tidak muntah sama sekali. Teman-temannya bertepuk tangan dengan riuh dan berkata bahwa pemain tengah veteran itu sudah mencapai tonggak sejarah baru dalam karirnya, yaitu tidak muntah sebelum bertanding.

            Namun apa yang terjadi? Russell bermain sangat buruk. Ia menjadi kaku, lambat ketika bertahan, dan malas-malasan. Ia tidak seperti sebelumnya. Pola ini terus terjadi pada dirinya dan timnya. Boston Celtics senantiasa menerima kekalahan. Pers Boston mengatakan bahwa Russell yang malas-malasan membuat Celtics kalah lagi. Sang legenda kehilangan sentuhannya. Russell pun membatin dalam hati tentang “cemohan” para fansnya.

            Pada saat itu, Celtics juga memiliki orang berbakat lainnya. Ada Bob Cousy dan Tommy Heinsohn, ada juga John Havlicek, Frank Ramsey, dan K. C. Jones. Musim pertandingan sebentar lagi akan usai, dan prestasi mereka saat itu sudah memenangi tujuh kejuaraan NBA.

            Dan pertandingan itu pun datang lagi. Russell sengaja datang tiga jam sebelum pertandingan. Ia berharap dapat menghindari para fans dan media massa, tetapi ternyata para fans fanatik sudah berada di sekitar lokasi pertandingan. Tempatnya sangat riuh, dan terasa seperti suasana menyenangkan seperti masa kejuaraan NBA pertama kalinya. Saat itu Russell masih seorang anak biasa yang berusaha untuk mencetak sejarah. Ketika memasuki Boston Garden, Russell ingat bagaimana rasanya tujuh tahun yang lalu ketika timnya bersatu memenangkan pertandingan.

            Tiba-tiba Russell merasakan tekanan. Sarafnya menjadi tegang. Tak lama setelah memasuki ruang ganti, ia berlari ke wastafel dan memuntahkan makan malamnya seperti dahulu. Kemudian ia berlari ke ruang ganti dan berteriak pada rekan-rekan satu timnya, “Teman-teman kita akan menang! Kita akan menang!”

            Bill Russell akhirnya menyadari bahwa ada keterkaitan antara perasaan tegangnya dengan keberhasilan. Saat ia merasa tertekan, sarafnya menjadi tegang dan dapat memacu semangatnya  agar bermain dengan baik, menyukai pertandingan itu, dan memfokuskan gerakan. Akhirnya Celtics memenangkan kejuaraan itu untuk yang kedelapan kalinya.

            Saat Anda membaca apa yang dialami Bill Russell, bukan berarti bahwa saya meminta Anda untuk harus muntah terlebih dahulu sebelum bertanding. Apa yang dialami Russell adalah suatu kondisi alamiah yang sesungguhnya seringkali terjadi pada semua atlit. Seringkali muncul suatu tekanan diri sebelum pertandingan. Ciri tekanan ini biasanya seperti ada sesuatu yang berputar-putar di perut, atau gejala stres lainnya.

            Ini adalah stres yang positif. Stres ini akan menjadi negatif, jika kita berusaha untuk menolak keadaan tersebut atau menghabiskan waktu dan pikiran untuk bertanya-tanya: Kenapa hal ini selalu terjadi padaku?. Saat kita menolak keadaan tekanan tersebut, maka hal ini bisa menjadi sebuah kecemasan. Itulah sebabnya, tekanan berbeda dengan kecemasan; gugup berbeda dengan khawatir.

            Mari kita lihat hal ini dari sudut pandang neurosains. Pada manusia ada sistem saraf yang bekerja saling bergantian: saraf simpatik dan parasimpatik. Saat yang satunya aktif, maka yang lainnya menjadi pasif. Saat saraf simpatik aktif, maka hal ini akan merangsang hati, paru-paru, mata, dan otot; dan saat saraf parasimpatik yang aktif maka fungsi tadi akan ditekan menjadi rileks. Sistem simpatik adalah sistem yang penting untuk mencari makanan, menjadi awas kalau ada bahaya, dan melawan musuh. Sedangkan sistem parasimpatik menjaga agar tubuh tetap kenyang, merasa hangat, bekerja secara efisien, dan siap bereproduksi.

            Nah, saat dibawah tekanan, otak memerintahkan tubuh untuk waspada. Hal ini mengaktifkan sistem saraf simpatik, dan energi didistribusikan dari sistem parasimpatik untuk mendukung pekerjaan saraf simpatik, sehingga:

  • Mulut terasa kering karena tubuh sedang berusaha keras, sehingga tidak menghasilkan ludah. Dan dalam sebuah pertandingan, Anda tentu tak butuh ludah ekstra untuk bisa menang.
  • Perut terasa seperti mules. Kondisi ini disebabkan adanya asam lambung yang berlebihan karena sistem pencernaan dimatikan. Saat Anda bertanding, Anda tentu lagi tak ingin bertanding sambil makan, kan?
  • Perut menjadi kram karena lapisan lambung mengerut. Tubuh berhenti menghasilkan empedu dan berusaha menyingkirkan sisa-sisa makanan. Hal ini sama seperti yang dialami Bill Russell.
  • Keringat dingin mulai bercucuran. Inilah mekanisme penyelamat agar tubuh tidak kepanasan.
  • Tangan, kaki, atau lutut mulai gemetar. Hal ini berarti tubuh mengirimkan sinyal motorik yang lebih cepat dari otak korteks melalui saraf motorik dengan sangat ekstrim.
  • Jantung berdegup lebih kencang agar darah mengalir melalui arteri dan membawa nutrisi serta oksigen yang dibutuhkan otot dan sel-sel otak, sehingga mereka dapat bekerja di tingkat yang lebih tinggi.
  • Mata membesar dan penglihatan menjadi lebih tajam.
  • Pikiran berpacu dan memproses sejumlah besar informasi dalam waktu singkat.
Itulah yang terjadi pada tubuh kita di saat mendapat tekanan, dan hal ini justri membuat tubuh kita tampil lebih efisien. Saat stres seperti inilah, kita dilengkapi dengan kemampuan respon yang sangat baik. Tubuh tahu apa yang harus dilakukan. Tangan dan kaki menjadi lebih cepat. Lebih banyak oksigen dan  bahan bakar untuk otot, penglihatan menjadi lebih tajam, dan terjadi peningkatan kapasitas mental yang siap menghadapi pertandingan.

Itulah sebabnya, saat berada dalam kondisi dibawah tekanan, yang perlu Anda lakukan adalah menikmatinya dan lakukanlah semua latihan-latihan Anda di dalam pertandingan. Rasakan perasaan mengalir dalam diri Anda disaat berada dalam suatu pertandingan. Biarkan Anda melaju dalam balutan informasi-informasi otak yang sangat cepat dan terwujud dalam gerak tubuh yang lincah.

Dan tentunya hal ini berbeda dengan kecemasan. Saat Anda memberi penafsiran yang keliru tentang sebuah tekanan dan muncul bermacam-macam pertanyaan seputar stres positif ini, maka pada saat itulah stres yang positif ini berubah menjadi stres negatif yang pada akhirnya melahirkan kecemasan. Dan saat kecemasan melanda, maka Anda akan cenderung menghindari suatu pertandingan.

      Profesor Sian Beilock yang meneliti tentang kecemasan pada para atlit memberikan tips sederhana ketika kita dilanda kecemasan, yaitu pengalih perhatian. Alihkan – secara sadar – perhatian Anda kepada sesuatu. Salah satu yang diajarkan Beilock adalah menghitung mundur, agar perhatian dan kesadaran Anda teralihkan ke hitungan mundur tersebut, dan biarkan pikiran bawah sadar Anda mengambil alih keahlian yang sudah dilatih sebelumnya. Para pegolf yang akan melakukan pukulan bola, akan terhindar dari blunder ketika mereka menghitung mundur sebelum melakukan pukulan tersebut. Pikiran sadar mereka di buat sibuk dan tidak memikirkan kecemasan, dan membiarkan pikiran bawah sadar mereka mengambil alih keahlian yang sudah mereka latih sebelumnya. Artinya saat kecemasan mulai melanda, maka biasanya fokus akan terlalu berlebihan. Tiba-tiba banyak hal yang dipikirkan, termasuk meragukan sendiri kemampuan yang sudah dilatih. Inilah yang membuat seseorang tidak bisa mengalir ketika menghadapi sesuatu hal yang penting.

            Teknik pengalih perhatian Beilock juga ternyata ampuh bagi para siswa yang akan mengikuti ujian. Para siswa cenderung merasakan perasaan cemas ketika menghadapi ujian, apalagi jika ujian nasional. Ternyata para siswa yang menghabiskan waktu 10 menit sebelum ujian berlangsung dengan menulis berbagai perasaan cemas yang mengganggu, lebih enjoy menjalani ujian dan mendapatkan nilai yang memuaskan. Hal ini berbanding terbalik bagi para siswa yang tak menuliskan rasa cemas yang mereka rasakan, justru tak enjoy dalam menjalani ujian, dan mendapatkan nilai yang lebih buruk. Cemas membuat kita tak menikmati “proses” penting yang akan dijalani, karena terlalu banyak hal yang dipikirkan secara bersamaan. Dan hal ini sungguh mengganggu konsentrasi dan membuat apa yang kita sudah pelajari menjadi seolah-olah hilang. Akan tetapi, jika kita mengakui dan jujur pada diri kita sendiri bahwa kita lagi merasa cemas. Kemudian secara sadar melakukan teknik sederhana – berupa pengalih perhatian – maka rasa cemas itu tak akan berulah di pikiran kita dan justru mendorong kita untuk lebih enjoy (mengalir) menjalani suatu hal penting.

No comments:

Post a Comment