Friday, May 11, 2007

Catatan Harian Seorang Pramugari

Tulisan berikut ini saya dapat dari internet dan milis yang saya ikuti, dan saya kira sangat bagus untuk saya bagikan kepada Anda:

Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airline, karena

bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak

mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap hari hanya melayani

penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton

Pada tanggal 7 Juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang

membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya.

Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju Peking,

penumpang sangat penuh pada hari ini.

Diantara penumpang saya melihat seorang kakek dari desa, merangkul

sebuah karung tua dan terlihat jelas sekali gaya desanya, pada saat itu

saya yang berdiri dipintu pesawat menyambut penumpang kesan pertama

dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju seorang dari

desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat.

Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minuman, ketika

melewati baris ke 20, saya melihat kembali kakek tua tersebut, dia

duduk dengan tegak dan kaku ditempat duduknya dengan memangku karung

tua bagaikan patung.

Kami menanyakannya mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikan

tangan menolak, kami hendak membantunya meletakan karung tua diatas

bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami membiarkannya duduk

dengan tenang, menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk

dengan tegang ditempat duduknya, kami menawarkan makanan juga ditolak

olehnya.

Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia

sakit, dengan suara kecil dia mejawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi

dia takut apakah dipesawat boleh bergerak sembarangan, takut merusak

barang didalam pesawat.

Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan

menyuruh seorang pramugara mengantar dia ke toilet, pada saat

menyajikan minuman yang kedua kali, kami melihat dia melirik ke

penumpang disebelahnya dan menelan ludah, dengan tidak menanyakannya

kami meletakan segelas minuman teh dimeja dia, ternyata gerakan kami

mengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah,

kami mengatakan engkau sudah haus minumlah, pada saat ini dengan

spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkan

kepada kami, kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis, dia tidak

percaya, katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus

dan meminta air kepada penjual makanan dipinggir jalan dia tidak

diladeni malah diusir. Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat

biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara

baru naik mobil, karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapat

meminta minunam kepada penjual makanan dipinggir jalan itupun

kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis.

Setelah kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang

meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya.

Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik,

putra sulung sudah bekerja di kota dan yang bungsu sedang kuliah

ditingkat tiga di Peking. anak sulung yang bekerja di kota menjemput

kedua orang tuanya untuk tinggal bersama di kota tetapi kedua orang tua

tersebut tidak biasa tinggal dikota akhirnya pindah kembali ke desa,

sekali ini orang tua tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di

Peking, anak sulungnya tidak tega orang tua tersebut naik mobil begitu

jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknya

bersama-sama ke Peking, tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu

boros dan tiket pesawat sangat mahal dia bersikeras dapat pergi sendiri

akhirnya dengan terpaksa disetujui anaknya.

Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai anak bungsunya,

ketika melewati pemeriksaan keamanan dibandara, dia disuruh menitipkan

karung tersebut ditempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri,

katanya jika ditaruh ditempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan

anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur, akhirnya kami

membujuknya meletakan karung tersebut di atas bagasi tempat duduk,

akhirnya dia bersedia dengan hati-hati dia meletakan karung tersebut.

Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu

membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus, tetapi dia tetap tidak

mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat

lapar, saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan

saya apakah ada kantongan kecil? dan meminta saya meletakan makanannya

di kantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat

makanan yang begitu enak, dia ingin membawa makanan tersebut untuk

anaknya, kami semua sangat kaget.

Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa dimata

seorang desa menjadi begitu berharga.

Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, dengan

terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami

bagikan kepada penumpang ditaruh didalam suatu kantongan yang akan kami

berikan kepada kakek tersebut, tetapi diluar dugaan dia menolak

pemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan

tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri, perbuatan yang tulus

tersebut benar-benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran

berharga bagi saya.

Sebenarnya kami menganggap semua hal tersebut sudah berlalu, tetapi

siapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, dia

yang terakhir berada di pesawat. Kami membantunya keluar dari pintu

pesawat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak

bisa saya lupakan seumur hidup saya, yaitu dia berlutut dan menyembah

kami, mengucapkan terima kasih dengan bertubi-tubi, dia mengatakan

bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai, kami di

desa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu

manis dan makanan yang begitu enak, hari ini kalian tidak memandang

hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik, saya tidak

tahu bagaimana mengucapkan terima kasih kepada kalian. Semoga Tuhan

membalas kebaikan kalian, dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan

perkataannya. Kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh

seseorang anggota yang bekerja dilapangan membantunya keluar dari

lapangan terbang.

Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam-ragam penumpang sudah

saya jumpai, yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain-lain, tetapi

belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami, kami hanya

menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang

kami berikan, hanya menyajikan minuman dan makanan, tetapi kakek tua

yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima

kasih, sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan

lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta, dan tidak bersedia

menerima makanan yang bukan bagiannya, perbuatan tersebut membuat saya

sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya

dimasa datang yaitu jangan memandang orang dari penampilan luar tetapi

harus tetap menghargai setiap orang dan mensyukuri apa yang kita dapat

No comments:

Post a Comment