Thursday, January 31, 2019

KAPAN WAKTU YANG TEPAT?

Pada tahun 1729, Jean-Jacques d’Ortous de Mairan - seorang astronomer Perancis, menatap keluar jendela di kantornya. Saat itu sore menjelang senja, de Mairan memperhatikan daun-daun dari tanaman yang berada di tepi jendelanya. Daun-daun tersebut menutup dan di siang hari saat matahari masuk melalui jendela, daun-daun tersebut terbuka.

Pola daun membuka di pagi hari dan menggulung di saat kegelapan mulai tiba, membangkitkan pertanyaan dalam dirinya. Bagaimana jika pola terang-gelap ini diintervensi. Artinya apakah daun-daun tersebut mengalami pola membuka dan menutup hanya karena pengaruh adanya sinar matahari ataukah tidak?

de Mairan memindahkan tanaman tersebut dari pinggir jendela dan memasukkannya ke dalam lemari tertutup agar cahaya tidak dapat masuk. Saat esok tiba, ia membuka lemari dan menemukan bahwa daun-daunnya tetap membuka meski berada dalam kondisi gelap.
Ia terus melakukan percobaan ini hingga beberapa minggu, dan bahkan menutup jendelanya dengan gorden hitam untuk mencegah masuknya berkas cahaya. Namun pola tersebut tetap sama. Daun tanaman tersebut membuka di saat pagi dan menggulung di saat masuknya malam. Tanaman tersebut sepertinya memiliki jam internal sendiri, tanpa dipengaruhi oleh cahaya matahari.

Otak kita pun demikian. Dalam penelitian yang dilakukan oleh psikolog Jerman, Hermann Ebbinghaus, menunjukkan bahwa kemampuan kognitif kita ternyata tidak tetap dalam satu hari. Terjadi fluktuasi kemampuan kognitif yang mengikuti waktu internal. Kemampuan fokus, analitis, dan kewaspadaan ternyata memiliki pola waktu. Dan hal ini terjadi pada kita, tanpa membedakan suku, bangsa, ras, dan agama. Kemampuan otak kita bekerja dalam kondisi fokus dan analitis terbaik saat pagi hari dan mencapai puncaknya menjelang tengah hari. Dan menurun drastis saat siang hari hingga sore menjelang malam. Dan naik kembali (pemulihan) di saat malam.

Sekitar 2 juta anak sekolah di Denmark diteliti hasil ujiannya selama 4 tahun. Ternyata ada korelasi nilai ujian dengan kapan anak tersebut melakukan ujian. Anak sekolah yang mengerjakan ujian di waktu pagi ternyata mendapatkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan anak sekolah yang mengerjakan ujian di siang hari. Bahkan semakin siang tes dijalani sang anak, maka nilai yang diperoleh semakin sedikit lebih rendah. Perbandingan beda nilanya serupa dengan absennya sang anak selama dua minggu dalam satu tahun sekolah.

Begitu pula yang terjadi pada anak sekolah di Los Angeles. Anak sekolah yang mendapatkan pelajaran matematika pada dua jam pertama belajar, memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan anak sekolah yang mendapatkan pelajaran matematika di dua jam terakhir.
Terkait dunia bisnis, para peneliti menemukan bahwa rapat yang dilakukan pagi hari memberikan dampak yang besar dalam pengambilan keputusan, komunikasi dengan investor, kinerja karyawan, dan kinerja perusahaan.

Para peneliti bahkan berpesan untuk para eksekutif perusahaan, bahwa komunikasi dengan investor, keputusan manajerial, dan negosiasi penting lainnya, harus dilaksanakan di pagi hari. Nampaknya kita sebagai manusia memiliki waktu-waktu mood yang bersifat internal. Mood adalah kondisi internal, namun mempengaruhi kondisi eksternal. Dan berdasarkan pola waktu, energi kita menguat di pagi hari hingga menjelang tengah hari, dan menurun drastis saat siang hingga menjelang malam. Kemudian pulih kembali di saat malam hari.
Mengambil langkah yang tepat di waktu yang tepat dalam konteks SAAT INI adalah cara terbaik dalam menjalani hidup.

No comments:

Post a Comment