Monday, February 4, 2019

ANDA DILAHIRKAN UNTUK DEPRESI

Saya cukup tercengang ketika mendengarkan penuturan seorang psikolog yang sekian puluh tahun malang melintang di dunia psikologi bengkel. Psikologi bengkel adalah sebutan untuk dunia psikologi yang mengajarkan dan (mencoba) menyelesaikan berbagai masalah hidup. Fokusnya adalah kerusakan pada sistem mental manusia, mulai dari stres ringan hingga kecemasan dan depresi berat yang berkepanjangan. Buku sakti psikologi bengkel disebut DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) yang berisi berbagai gejala-gejala penyakit mental. Saat ini – saking banyaknya ditemukan penyakit mental – DSM yang terbaru adalah DSM-5. Dan biasanya buku sakti ini sangat tebal karena saking banyaknya penyakit mental beserta gejala-gejalanya. Jadi kalau Anda mau tahu jenis penyakit mental yang Anda derita, Anda bisa membuka buku DSM-5 ini untuk merujuk gejala-gejala yang Anda alami kemudian Anda bisa mengetahui penyakit mental apa yang Anda derita.

            Kembali kepada psikolog yang saya ceritakan tadi, namanya Martin Seligman. Beliau pernah menduduki jabatan Presiden American Psychological Association (APA) di tahun 1997 dengan perolehan suara terbanyak di sepanjang sejarah organisasi para psikolog ini. Selama empat puluh tahun beliau bergelut dengan psikologi bengkel karena memang itulah yang selama ini diajarkan kepada para mahasiswa psikologi. Dan selama rentang tahun tersebut, Seligman banyak mengelola bantuan dana dari pemerintah untuk menjalankan berbagai riset dan penelitiannya di seputar psikologi bengkel. Dan salah satu lembaga yang selalu memberikan bantuan dana kepada Seligman adalah National Institute of Mental Health (NIMH).

            Namun ada sesuatu yang berubah dan hal itu membuat Seligman tersadar. Menurut Seligman, ternyata ada rahasia tersembunyi pada psikoterapi dan obat-obatan yang dijual untuk menangani penyakit mental seseorang. Hal ini bermula ketika Seligman menyadari satu hal utama selama ini dalam dunia psikologi, bahwa selama ini psikologi selalu menitikberatkan pada masalah yang ada pada manusia. Kenapa psikologi tidak membuat arah baru untuk mem-fokuskan kepada kekuatan-kekuatan positif yang ada pada manusia? Bukankah manusia juga memiliki kekuatan-kekuatan khas yang positif dan hal itu bisa membuat manusia semakin konstruktif? Maka lahirlah aliran baru dalam dunia psikologi, yang disebut dengan Psikologi Positif, dimana Martin Seligman disebut sebagai Bapak Psikologi Positif.

            Dengan semakin bergulirnya waktu, psikologi positif ini semakin menyebar luas dan memberikan efek positif yang mencengangkan. Dibandingkan harus fokus pada masalah – dan ternyata membuat masalah semakin bertumpuk – maka psikologi positif ini bukan hanya membuat seseorang semakin berdaya secara positif, juga semua gejala-gejala depresinya pun semakin berkurang. Kalau kita menilik hal ini dari sudut pandang neurosains memang sangat masuk akal, karena sel otak akan semakin menguat pada hal-hal yang kita fokuskan, dan semakin melemah pada hal-hal yang tidak mendapat perhatian. Jadi ketika psikologi positif mengajarkan untuk fokus pada kekuatan positif diri dan bagaimana mengembangkan kekuatan tersebut, maka secara otomatis jaringan sel otak yang mem-proses berbagai stres dan depresi akan semakin lemah, bahkan menghilang.

            Itulah sebabnya, untuk pertama kalinya NIMH menolak pengajuan proposal bantuan dana Seligman, ketika ia mengajukan proposal bantuan dana untuk penelitian efek psikoterapi positif pada berbagai penderita depresi. Paling tidak menurut keyakinan Seligman, psikoterapi positif bisa memberikan efek yang kurang lebih sama dengan terapi dan obat-obatan antidepresan. Dan ternyata proposal bantuan dana riset itu ditolak oleh NIMH sebanyak tiga kali tanpa dikaji.

            Apa yang sesungguhnya terjadi? Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), depresi adalah penyakit paling mahal di dunia…wow. Dan ternyata pilihan penanganan depresi ini hanya dua saja, yaitu obat-obatan dan psikoterapi. Jadi jangan heran kalau industri obat-obatan antidepresan bernilai milyaran dolar. Karena rata-rata penanganan kasus depresi membutuhkan dana sekitar 5.000 dolar setiap tahun. Dan di Amerika saja, terdapat sekitar 10 juta kasus depresi setiap tahunnya. Bisa dibayangkan betapa banyaknya jumlah kasus depresi di seluruh dunia.

            Ada satu rahasia menarik yang perlu Anda ketahui bahwa ternyata obat-obatan dan psikologi klinis sudah lama meninggalkan pandangan tentang penyembuhan. Andai pun penyembuhan menjadi tujuan utamanya, maka hal tersebut membutuhkan waktu yang sangat lama. Hasil dari studi komparatif yang dipublish oleh American Health Magazine, psikoterapi klinis mampu melakukan recovery hanya berkisar 38% setelah melewati 600 sesi terapi. Itulah sebabnya, psikoterapi klinis dan obat-obatan hanya berkaitan dengan manajemen krisis jangka pendek dan pemberian perlakukan kosmetik.

            Oh iya, Anda perlu tahu bahwa ada dua jenis pengobatan: obat-obatan kosmetik dan obat-obatan kuratif. Obat kuratif itu bekerja laiknya antibiotik. Ketika Anda meminum obat antibiotik cukup lama, maka antibiotik itu akan mengobati dengan cara membunuh bakteri jahat. Saat berhenti meminumnya, penyakit tidak akan kambuh lagi karena pathogen telah mati. Lain halnya dengan obat-obatan kosmetik, yang hanya bersifat meredakan gejala. Saat Anda mulai meminum obat antidepresan, maka gejala-gejalanya akan hilang. Namun saat Anda berhenti meminum obat antidepresan tersebut, maka gejalanya akan timbul kembali. Inilah obat kosmetik yang hanya bekerja untuk meredakan gejala. Menurut Seligman, peredaan memang baik, tapi bukan yang terbaik, karena peredaan harusnya sekadar menjadi tempat singgah dalam perjalanan menuju kesembuhan.

            Faktanya adalah bahwa psikiatri biologis telah menyerah untuk menyembuhkan. Saat ini yang banyak beredar adalah obat-obatan kosmetik yang tujuannya hanya berhenti pada meredakan gejala saja, tapi tidak menyembuhkan sama sekali. Padahal kalau kita melihat sejarah psikologi, kita akan menemukan seorang sosok legenda dalam dunia psikologi bernama Sigmund Freud, yang merupakan pendiri mashab psikoanalisa dalam dunia psikologi. Menurut Freud, psikoterapi itu harusnya bertujuan untuk menyembuhkan, dan mestinya senantiasa mengupayakan penyembuhan tersebut. Freud tidak mengharapkan psikoterapinya hanya berhenti pada menghilangkan gejala saja.

            Ada hal lainnya yang juga perlu Anda ketahui, yaitu bahwa ternyata efek dari psikoterapi dan obat-obatan antidepresan hampir selalu “kecil”. Jika dibandingkan antara obat-obatan antidepresan dengan efek dari placebo, maka hampir tak ditemukan perbedaan antara obat dan placebo. Artinya, jauh lebih memungkinkan Anda sehat dengan menggunakan kekuatan positif diri Anda (dan itu terbukti dengan percobaan placebo), dibandingkan harus mengandalkan obat antidepresan. Karena – sekali lagi – setiap obat tersebut memiliki sifat yang hanya sekadar meredakan gejala, dimana begitu Anda berhenti meminumnya, Anda kembali ke keadaan semula, penyakit akan kambuh dan muncul kembali.

            Jika kita melihat penelitian di negara-negara maju, maka semakin modern suatu negara tingkat orang yang mengalami depresi juga semakin tinggi. Budaya hedonisme (fanatik kepada materi dan kesenangan materi) pada suatu negara modern semakin meng-absahkan depresi yang dialami penduduknya. Di tambah dengan pendekatan psikoterapi dan obat yang hanya meredakan gejala (dan ada industri obat yang bernilai milyaran dolar di belakangnya), maka tak berlebihan jika dikatakan bahwa Anda dilahirkan untuk mengalami depresi. Karena ternyata tingkat orang-orang yang mengalami depresi tidak hanya menimpa orang dewasa, melainkan juga anak-anak dan remaja. Semakin maju suatu negara, semakin banyak penduduknya yang mengalami depresi. Dan semakin banyak orang yang depresi, maka semakin kaya-lah industri obat. Seperti kata WHO, depresi adalah penyakit yang paling mahal.

            Oleh sebab itu, agar Anda tidak dilahirkan untuk menjadi depresi, maka mulailah menyadari kekuatan-kekuatan positif yang pada diri sendiri. Dengan teknik yang tepat dan menjadi tuan atas pikiran sendiri, maka Anda bisa memilih dengan kesadaran Anda untuk menjadi semakin berdaya. Hidup dengan banyak materi itu perlu, tetapi Anda perlu mengontrol hati Anda agar tidak tergantung kepada materi. Karena ketika seseorang yang hatinya sudah tergantung kepada materi, maka benaknya akan selalu dipenuhi oleh ketakutan, kegelisahan, kecemasan, bahkan depresi, tak peduli apakah hartanya sedikit atau hartanya sangat banyak.

No comments:

Post a Comment