Jika semakin kuat
ikatan emosional kita dengan sesuatu yang di luar diri kita tersebut, maka
semakin intens pula dipikirkan dan dirasakan. Galau sering terjadi akibat
memikirkan hal-hal di luar dirinya. Begitu pula ketika merasa senang, terjadi
ketika memikirkan sesuatu di luar dirinya atau sesuatu di luar dirinya tersebut
terjadi sesuai dengan apa yang dipikirkan dan harapkan.
Pada akhirnya, lintasan
pikirannya pun sangat dipengaruhi oleh hal-hal di luar dirinya. Termasuk
berbagai perasaannya pun bergantung pada hal-hal di luar dirinya. Perubahan
apapun yang terjadi di luar dirinya, maka akan mempengaruhi pikiran dan
perasaannya.
Karena kondisi ini
terlalu sering terjadi, maka akhirnya bersifat otomatis. Ia tak lagi bisa
mengontrol pikirannya, melainkan justru dikontrol oleh pikirannya sendiri. Itu
karena pikirannya otomatis berubah-ubah, bergantung pada perubahan apapun di
luar dirinya. Dan karenanya juga membuat perasaannya pun berubah-ubah secara
otomatis.
Dalam kondisi yang
ekstrem, pikiran yang bergerak otomatis dan sangat kuat terikat secara
emosional pada hal-hal di luar dirinya, bisa mengakibatkan lahirnya kecemasan
intens. Kondisi ini bisa mengakibatkan diri menjadi susah tidur dan hidup tak
tenang. Ada juga yang bahkan hingga pada kondisi depresi, skizofrenia, dan
gangguan jiwa lainnya.
Suara hati yang muncul
bukan lagi dari kejernihan hati, melainkan akibat dari keterikatan yang begitu
kuat dengan hal-hal di luar dirinya. Jadi jangan heran, jika kondisi otomatis
ini melahirkan kehampaan, bergerak laksana zombie, hingga mengidap gangguan
kejiwaan.
Dengan melihat dan
merasakan fenomena ini, maka sudah seharusnyalah kita mengambil waktu sejenak
dan merenung. Jangan biarkan otak dan hati semuanya diisi oleh berbagai hal di
luar diri. Jangan biarkan pikiran dan perasaan kita berubah-ubah bukan atas
kontrol kesadaran diri. Jangan biarkan pikiran dan hati kita terikat kepada
berbagai hal di luar diri.
Belajarlah untuk
mengontrol semua pikiran dan perasaan yang melintas, dengan cara membiarkan
kejernihan hati yang berbicara. Karena sesungguhnya kejernihan hati senantiasa
memberikan ilham kepada diri kita, namun seringkali suara itu tak terdengar
diakibatkan oleh keributan suara-suara pikiran dan hati yang sumbernya berasal
dari luar diri kita.
Hal ini bukan berarti
kita mesti berhenti memikirkan hal-hal di luar diri kita; melainkan landasan
memikirkan berbagai hal di luar diri adalah dari kejernihan hati. Belajarlah untuk
mengikat diri kepada Sang Pemberi Kejernihan Hati, agar kejernihan hati inilah
yang menjadi pemandu dalam memikirkan berbagai hal di luar diri kita.
No comments:
Post a Comment