Monday, February 25, 2019

MANUSIA DICIPTAKAN UNTUK OPTIMIS

Penulis buku Kecerdasan Emosional, Daniel Goleman, mengatakan bahwa optimis adalah tetap berusaha melakukan hal terbaik, walau terdapat banyak rintangan dan tantangan.

Mengapa kita sebagai manusia harus optimis?

Itu karena kita diciptakan memang untuk optimis.

Mengapa bisa demikian?

Fisika klasik berhasil menemukan bahwa partikel terkecil adalah atom. Menurutnya, semua alam fisik dibentuk oleh atom-atom. Itulah sebabnya, atom, biasa juga disebut sebagai partikel dasar. Namun ternyata fisika quantum menemukan bahwa masih ada yang lebih kecil lagi dari atom. Partikel yang lebih kecil dari atom disebut sub-atom. Inilah partikel terkecil yang dipercaya sebagai partikel dasar, yang membentuk alam fisik. Saat sub-atom ini dipelajari dan diteliti, ternyata para ilmuwan menjumpai keajaiban yang luar biasa.

Keajaiban yang luar biasa itu adalah karena pergerakan dan perubahan sub-atom terjadi karena sangat dipengaruhi oleh kesadaran manusia. Artinya apapun yang dipersepsikan oleh manusia, maka sub atom tersebut akan bergerak dan berubah berdasarkan persepsi tersebut. Karena sub-atom merupakan partikel dasar yang membentuk alam fisik, maka dapat dikatakan bahwa perubahan di alam fisik ditentukan oleh kesadaran kita sebagai manusia.

Saat kesadaran kita cenderung negatif (pesimis), maka tanpa kita sadari, kesadaran kita tersebut mempengaruhi gerakan dan perubahan sub-atom. Hasilnya adalah kita akan cenderung hidup dalam kehampaan dan tak bisa meraih impian. Berbeda jika kesadaran kita positif (optimis), maka kesadaran kita ini akan menjadikan hidup lebih bermakna, memahami arti berjuang dan berusaha, serta meraih impian.

Karena kita secara fitrahwi senantiasa menginginkan yang terbaik dan sempurna, maka tak ada jalan lain untuk mencapainya, kecuali dengan membangun kesadaran diri yang optimis.

Ibn Arabi, seorang ulama sufi, menuturkan bahwa proses kreasi dan kepenciptaan (produktifitas) terjadi melalui izin Allah swt dan kekuatan (daya) yang diberikan kepada manusia. Ini berarti bahwa impian kita hanya bisa terwujud melalui izin-Nya dan pemanfaatan daya yang dianugerahkan-Nya kepada manusia. Pada konteks pemanfaatan daya inilah, pentingnya memilih kesadaran yang optimis.

Tak ada sesuatu pun yang bisa berubah dalam kehidupan ini tanpa izin-Nya dan usaha (daya) kita sebagai manusia. Dan karena mustahil manusia diciptakan sebagai makhluk pasif, maka tentunya hanya dengan kesadaran optimis-lah kita bisa melakukan banyak perubahan positif dan mewujudkan tujuan bermakna kita.

Jika kita melihat ke dalam otak manusia, akan ditemukan bahwa ketika manusia merencanakan sesuatu; akan muncul ketakutan dan kekhawatiran pada dirinya.

Mengapa mesti muncul rasa takut dan khawatir?

Itu karena manusia belum tahu apa yang bakal terjadi di masa depan, melalui perencanaan dan perjuangan mereka di masa kini. Dan ternyata, ketakutan dan kekhawatiran tersebut bertujuan agar manusia, di masa kini, bisa semakin mantap mempersiapkan langkah-langkah terbaik, memperbaharui rencana jika dibutuhkan, mengambil tindakan kreatif, dan fokus pada usaha-usaha terbaik yang bisa dilakukan.

Jadi otak kita pun ternyata dirancang untuk takut dan khawatir akan masa depan. Namun takut dan khawatir itu bertujuan agar kita semakin optimis dan tetap fokus berusaha dan berjuang melakukan hal terbaik.

Oleh sebab itu, merugilah mereka yang masih memilih pesimis, padahal ia diciptakan untuk optimis; diciptakan untuk melakukan perubahan positif; diciptakan untuk mewujudkan tujuan bermakna. Manusia diciptakan untuk menciptakan keajaiban dalam hidup ini. Agar keajaiban ini bermanfaat bagi sesama dan alam semesta.

Seperti firman Allah swt:

“... janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 39:53)”.

“... maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa (QS 15:55)”.

​“Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir (QS 12:87)”.

No comments:

Post a Comment