Saat
Anda berada di dalam suatu pertandingan, biarkan diri Anda mengalir, seakan
tidak ada hal lain yang lebih penting, kecuali hanya pada apa yang terjadi saat
itu – Syahril Syam
Bill Russell adalah orang yang hebat
di dunia basket. Ia adalah atlet yang berasal dari University of San Francisco
dan satu-satunya atlet yang pernah memenangkan NCAA Championship, medali emas
Olimpiade, dan kejuaraan professional dalam satu tahun, di tahun 1956. Selama
tahun 1950-an dan 1960-an, Russell adalah pemimpin dinasti Boston Celtics yang
memenangkan kejuaraan NBA selama 11 kali selama 13 tahun. Bill dianggap sebagai
pemain tim terbaik sepanjang sejarah. Hanya segelintir orang dalam sejarah
basket yang dapat bermain bertahan dan menyerang sama baiknya.
Tetapi Bill Russell memiliki
masalah. Ia selalu muntah sebelum bertanding. Russell menjadi begitu gugup di
ruang ganti sehingga ia tidak dapat memulai pertandingan tanpa berlari ke
wastafel untuk muntah. Celtics meminta dokter untuk memastikan agar Russell
tidak dehidrasi dan teman satu tim senang menggodanya dengan berkata bahwa ia
tidak boleh makan siang sebelum bertanding.
Hingaa suatu ketika di tahun 1963 –
1964, untuk pertama kalinya ia tidak muntah. Ia berjalan ke ruang ganti Celtics
dan menyadari bahwa selama karir olahraganya, ia baik-baik saja dan tidak
muntah sama sekali. Teman-temannya bertepuk tangan dengan riuh dan berkata
bahwa pemain tengah veteran itu sudah mencapai tonggak sejarah baru dalam
karirnya, yaitu tidak muntah sebelum bertanding.
Namun apa yang terjadi? Russell
bermain sangat buruk. Ia menjadi kaku, lambat ketika bertahan, dan
malas-malasan. Ia tidak seperti sebelumnya. Pola ini terus terjadi pada dirinya
dan timnya. Boston Celtics senantiasa menerima kekalahan. Pers Boston
mengatakan bahwa Russell yang malas-malasan membuat Celtics kalah lagi. Sang
legenda kehilangan sentuhannya. Russell pun membatin dalam hati tentang
“cemohan” para fansnya.
Pada saat itu, Celtics juga memiliki
orang berbakat lainnya. Ada Bob Cousy dan Tommy Heinsohn, ada juga John
Havlicek, Frank Ramsey, dan K. C. Jones. Musim pertandingan sebentar lagi akan
usai, dan prestasi mereka saat itu sudah memenangi tujuh kejuaraan NBA.
Dan pertandingan itu pun datang
lagi. Russell sengaja datang tiga jam sebelum pertandingan. Ia berharap dapat
menghindari para fans dan media massa, tetapi ternyata para fans fanatik sudah
berada di sekitar lokasi pertandingan. Tempatnya sangat riuh, dan terasa
seperti suasana menyenangkan seperti masa kejuaraan NBA pertama kalinya. Saat
itu Russell masih seorang anak biasa yang berusaha untuk mencetak sejarah.
Ketika memasuki Boston Garden, Russell ingat bagaimana rasanya tujuh tahun yang
lalu ketika timnya bersatu memenangkan pertandingan.
Tiba-tiba Russell merasakan tekanan.
Sarafnya menjadi tegang. Tak lama setelah memasuki ruang ganti, ia berlari ke
wastafel dan memuntahkan makan malamnya seperti dahulu. Kemudian ia berlari ke
ruang ganti dan berteriak pada rekan-rekan satu timnya, “Teman-teman kita akan
menang! Kita akan menang!”
Bill Russell akhirnya menyadari
bahwa ada keterkaitan antara perasaan tegangnya dengan keberhasilan. Saat ia
merasa tertekan, sarafnya menjadi tegang dan dapat memacu semangatnya agar bermain dengan baik, menyukai pertandingan
itu, dan memfokuskan gerakan. Akhirnya Celtics memenangkan kejuaraan itu untuk
yang kedelapan kalinya.
Saat Anda membaca apa yang dialami
Bill Russell, bukan berarti bahwa saya meminta Anda untuk harus muntah terlebih
dahulu sebelum bertanding. Apa yang dialami Russell adalah suatu kondisi
alamiah yang sesungguhnya seringkali terjadi pada semua atlit. Seringkali
muncul suatu tekanan diri sebelum pertandingan. Ciri tekanan ini biasanya
seperti ada sesuatu yang berputar-putar di perut, atau gejala stres lainnya.
Ini adalah stres yang positif. Stres
ini akan menjadi negatif, jika kita berusaha untuk menolak keadaan tersebut
atau menghabiskan waktu dan pikiran untuk bertanya-tanya: Kenapa hal ini selalu
terjadi padaku?. Saat kita menolak keadaan tekanan tersebut, maka hal ini bisa
menjadi sebuah kecemasan. Itulah sebabnya, tekanan berbeda dengan kecemasan;
gugup berbeda dengan khawatir.
Mari kita lihat hal ini dari sudut
pandang neurosains. Pada manusia ada sistem saraf yang bekerja saling
bergantian: saraf simpatik dan parasimpatik. Saat yang satunya aktif, maka yang
lainnya menjadi pasif. Saat saraf simpatik aktif, maka hal ini akan merangsang
hati, paru-paru, mata, dan otot; dan saat saraf parasimpatik yang aktif maka
fungsi tadi akan ditekan menjadi rileks. Sistem simpatik adalah sistem yang
penting untuk mencari makanan, menjadi awas kalau ada bahaya, dan melawan
musuh. Sedangkan sistem parasimpatik menjaga agar tubuh tetap kenyang, merasa
hangat, bekerja secara efisien, dan siap bereproduksi.
Nah, saat dibawah tekanan, otak
memerintahkan tubuh untuk waspada. Hal ini mengaktifkan sistem saraf simpatik,
dan energi didistribusikan dari sistem parasimpatik untuk mendukung pekerjaan
saraf simpatik, sehingga:
- Mulut terasa kering karena tubuh sedang berusaha keras, sehingga tidak menghasilkan ludah. Dan dalam sebuah pertandingan, Anda tentu tak butuh ludah ekstra untuk bisa menang.
- Perut terasa seperti mules. Kondisi ini disebabkan adanya asam lambung yang berlebihan karena sistem pencernaan dimatikan. Saat Anda bertanding, Anda tentu lagi tak ingin bertanding sambil makan, kan?
- Perut menjadi kram karena lapisan lambung mengerut. Tubuh berhenti menghasilkan empedu dan berusaha menyingkirkan sisa-sisa makanan. Hal ini sama seperti yang dialami Bill Russell.
- Keringat dingin mulai bercucuran. Inilah mekanisme penyelamat agar tubuh tidak kepanasan.
- Tangan, kaki, atau lutut mulai gemetar. Hal ini berarti tubuh mengirimkan sinyal motorik yang lebih cepat dari otak korteks melalui saraf motorik dengan sangat ekstrim.
- Jantung berdegup lebih kencang agar darah mengalir melalui arteri dan membawa nutrisi serta oksigen yang dibutuhkan otot dan sel-sel otak, sehingga mereka dapat bekerja di tingkat yang lebih tinggi.
- Mata membesar dan penglihatan menjadi lebih tajam.
- Pikiran berpacu dan memproses sejumlah besar informasi dalam waktu singkat.
Itulah yang terjadi pada tubuh kita di saat mendapat
tekanan, dan hal ini justri membuat tubuh kita tampil lebih efisien. Saat stres
seperti inilah, kita dilengkapi dengan kemampuan respon yang sangat baik. Tubuh
tahu apa yang harus dilakukan. Tangan dan kaki menjadi lebih cepat. Lebih
banyak oksigen dan bahan bakar untuk
otot, penglihatan menjadi lebih tajam, dan terjadi peningkatan kapasitas mental
yang siap menghadapi pertandingan.
Itulah sebabnya, saat berada dalam kondisi dibawah
tekanan, yang perlu Anda lakukan adalah menikmatinya dan lakukanlah semua
latihan-latihan Anda di dalam pertandingan. Rasakan perasaan mengalir dalam
diri Anda disaat berada dalam suatu pertandingan. Biarkan Anda melaju dalam
balutan informasi-informasi otak yang sangat cepat dan terwujud dalam gerak
tubuh yang lincah.
Dan tentunya hal ini berbeda dengan kecemasan. Saat
Anda memberi penafsiran yang keliru tentang sebuah tekanan dan muncul
bermacam-macam pertanyaan seputar stres positif ini, maka pada saat itulah
stres yang positif ini berubah menjadi stres negatif yang pada akhirnya
melahirkan kecemasan. Dan saat kecemasan melanda, maka Anda akan cenderung
menghindari suatu pertandingan.
Profesor Sian Beilock yang meneliti
tentang kecemasan pada para atlit memberikan tips sederhana ketika kita dilanda
kecemasan, yaitu pengalih perhatian. Alihkan – secara sadar – perhatian Anda
kepada sesuatu. Salah satu yang diajarkan Beilock adalah menghitung mundur,
agar perhatian dan kesadaran Anda teralihkan ke hitungan mundur tersebut, dan
biarkan pikiran bawah sadar Anda mengambil alih keahlian yang sudah dilatih
sebelumnya. Para pegolf yang akan melakukan pukulan bola, akan terhindar dari
blunder ketika mereka menghitung mundur sebelum melakukan pukulan tersebut.
Pikiran sadar mereka di buat sibuk dan tidak memikirkan kecemasan, dan
membiarkan pikiran bawah sadar mereka mengambil alih keahlian yang sudah mereka
latih sebelumnya. Artinya saat kecemasan mulai melanda, maka biasanya fokus
akan terlalu berlebihan. Tiba-tiba banyak hal yang dipikirkan, termasuk
meragukan sendiri kemampuan yang sudah dilatih. Inilah yang membuat seseorang
tidak bisa mengalir ketika menghadapi sesuatu hal yang penting.
Teknik pengalih perhatian Beilock
juga ternyata ampuh bagi para siswa yang akan mengikuti ujian. Para siswa
cenderung merasakan perasaan cemas ketika menghadapi ujian, apalagi jika ujian
nasional. Ternyata para siswa yang menghabiskan waktu 10 menit sebelum ujian
berlangsung dengan menulis berbagai perasaan cemas yang mengganggu, lebih enjoy
menjalani ujian dan mendapatkan nilai yang memuaskan. Hal ini berbanding
terbalik bagi para siswa yang tak menuliskan rasa cemas yang mereka rasakan,
justru tak enjoy dalam menjalani ujian, dan mendapatkan nilai yang lebih buruk.
Cemas membuat kita tak menikmati “proses” penting yang akan dijalani, karena
terlalu banyak hal yang dipikirkan secara bersamaan. Dan hal ini sungguh
mengganggu konsentrasi dan membuat apa yang kita sudah pelajari menjadi
seolah-olah hilang. Akan tetapi, jika kita mengakui dan jujur pada diri kita sendiri
bahwa kita lagi merasa cemas. Kemudian secara sadar melakukan teknik sederhana
– berupa pengalih perhatian – maka rasa cemas itu tak akan berulah di pikiran
kita dan justru mendorong kita untuk lebih enjoy (mengalir) menjalani suatu hal
penting.
No comments:
Post a Comment