Monday, February 11, 2019

APA YANG MEMBUAT KITA BAHAGIA?

Dulu saya pernah bertanya-tanya, apakah ada penelitian yang dilakukan terhadap manusia; dimana penelitiannya dilakukan sejak masih kecil hingga tua dan bahkan meninggal?
Ternyata penelitian seperti itu ada dan dilakukan selama 75 tahun hingga saat ini. Sebuah penelitian terpanjang dalam sejarah. Lebih menarik lagi karena penelitian ini menemukan apa yang membuat manusia bahagia.

Sebelum saya mengupasnya, ijinkan saya mengajak Anda untuk mengamati diri sendiri. Untuk hanya sekedar melakukan suatu kesalahan, akan terasa aneh jika kita tidak mengutarakan kenapa kita melakukan kesalahan itu (biasanya untuk membenarkan diri). Bahkan hingga hal-hal kecil, kita akan selalu merasa untuk menyampaikan kenapa kita mesti melakukannya. Entah itu hanya sekedar mencolek teman, atau hingga pada tindakan-tindakan penting.

Ini membuktikan bahwa kita adalah makhluk “kenapa”. Kita adalah makhluk yang senantiasa merasa tidak nyaman jika tidak menjawab “kenapa” atas apa yang kita lakukan. Ini karena semua tindakan kita, bukan hanya sekedar tindakan tanpa arti, melainkan selalu ada makna (alasan) yang mengiringi tindakan kita. Dan sebuah survey menunjukkan apa yang terpenting (bermakna) bagi anak-anak muda jaman now. Lebih 80% dari mereka menjawab bahwa yang terpenting bagi kehidupan mereka adalah uang. Dan 50% menjawab menjadi terkenal. Anak-anak muda ini memaknai kehidupan pada dua hal utama, yaitu uang dan menjadi terkenal. Inilah makna kehidupan bagi mereka agar bisa bahagia. Inilah fokus mereka, dimana mereka menghabiskan waktu dan tenaga untuk mengejar keduanya. Investasi kehidupan mereka pada pekerjaan semata demi meraih uang dan bisa terkenal.

Hal ini terlihat wajar karena kebanyakan lingkungan kita mengajarkan kepada kita bahwa agar bisa bahagia mesti ada uang dan kalau bisa juga terkenal. Lingkungan kita cenderung mengajarkan pandangan dunia yang hedonis. Kehidupan hanya dimaknai pada sekedar uang dan menjadi terkenal.

Nah, Robert Waldinger, Director of the Harvard Study of Adult Development, menuturkan penelitiannya tentang makna dan kebahagiaan. Seperti yang saya sampaikan, penelitian yang dilakukan oleh Waldinger dan timnya adalah penelitian terlama dalam sejarah. Waldinger sendiri adalah direktur generasi ke-4 dari penelitian tersebut. Penelitian ini ingin mengetahui kisah kehidupan seorang manusia, dimulai semenjak remaja hingga masa tuanya. Apa saja yang bisa dipetik pada seluruh kisah hidupnya?

Penelitian ini dilakukan terhadap 724 pria selama 75 tahun, yaitu semenjak mereka semua masih remaja. Bahkan sekitar 60 orang diantara mereka masih hidup, dan masih aktif berpartisipasi mengikuti penelitian. Lebih mengejutkan lagi karena ternyata, penelitian ini terus berlanjut kepada lebih dari 2.000 anak dari para pria tersebut. Penelitian ini bermula di tahun 1938, dan meneliti dua kelompok pria. Kelompok pertama adalah para mahasiswa baru di Harvard College. Sedangkan kelompok kedua adalah anak-anak lelaki remaja yang tinggal di kawasan miskin Boston. Kelompok kedua ini dipilih karena mereka berasal dari keluarga bermasalah dan miskin.

Mereka semua akhirnya tumbuh dewasa dan menjalani berbagai profesi. Ada yang menjadi dokter, pengacara, bahkan ada yang menjadi presiden Amerika. Ada pula yang menjadi buruh. Beberapa diantara mereka menjalani kehidupan strata sosial dari paling bawah hingga terus menanjak naik. Ada juga yang sebaliknya. Beberapa diantaranya pecandu alkohol hingga ada yang menderita gangguan kejiwaan. Penelitian ini tidak hanya sekedar wawancara semata. Peneliti juga melakukan rekaman dialog partisipan dengan istri mereka, menanyai anak-anak mereka, hingga melakukan rekam medis dan memindai otak partisipan.

Lantas apa hasil peneltian tersebut?

Ternyata pelajaran berharga tentang kehidupan. Tentang makna dan cara menjadi bahagia. Satu pesan utama dari penelitian ini adalah bahwa hubungan yang baik membuat kita bahagia dan sehat. Hubungan yang dilakukan, baik kepada keluarga ataupun kepada teman dan komunitas sosial, menentukan tingkat kebahagiaan dan kesehatan kita. Namun ini bukan hanya sekedar hubungan. Ini tentang hubungan yang berkualitas. Dan pada titik inilah, makna yang kita lekatkan memiliki peran yang sangat penting.

Mereka yang memaknai hubungan dengan baik, hangat, dan kasih sayang akan semakin bahagia dan sehat. Lawannya adalah merasa hampa. Kehampaan (merasa sepi dan kosong) adalah penyakit jiwa yang paling berbahaya. Kehampaan bisa dialami walau memiliki keluarga. Kehampaan bisa dialami walau memiliki banyak teman. Kehampaan bisa dialami walau memiliki banyak uang dan terkenal. Mereka yang merasa hampa, akan memaknai dirinya dan kehidupan tanpa makna yang berarti. Hasil pindai otak mereka pun menunjukkan penurunan drastis daya ingat, dan kepikunan. Oleh sebab itu, hubungan yang baik dan berkualitas menjadikan hidup kita bermakna; dan ini menjadikan kita bahagia dan sehat.

Nampaknya ini merupakan fitrah kita sebagai manusia. Manusia diciptakan unik oleh Tuhan. Pada manusia ada makna yang inheren. Ini karena dengan makna itulah, manusia menjadikan hidupnya lebih berarti atau terasa hampa. Jika penelitian di atas merujuk makna positif pada hubungan yang baik dan berkualitas, maka saya ingin mengajak Anda pada menciptakan makna yang lebih tinggi lagi.

Karena kadar makna menentukan tingkat kedewasaan kita, maka semakin tinggi dan positif pemaknaan kita akan kehidupan, maka tentunya akan semakin dewasa diri kita, semakin bahagia, dan menjadi manusia yang utuh.

Apa itu makna yang lebih tinggi lagi?

Penting bagi kita menyadari bahwa makna ini inheren pada diri kita. Kadar makna menentukan siapa kita. Jika seekor kucing makan hanya karena kebutuhan tubuhnya, maka manusia makan bukan sekedar memenuhi kebutuhan tubuhnya, melainkan juga memenuhi kebutuhan jiwanya melalui pemaknaan atas apa yang dilakukan. Dengan makna yang inheren pada diri kita, maka kita bisa memaknai apa arti makan bagi kita. Kita bisa hanya sekedar memaknai seperti seekor kucing, atau kita bisa memaknai bahwa ini merupakan pemberian Tuhan, yang dengannya juga kita harus berbagi dengan selain kita.

Menyadari kadar makna ini, maka kita mestinya beranjak ke makna-makna yang lebih tinggi. Menyadari bahwa adanya Tuhan dan meyakini Kasih dan Sayang-Nya dengan sepenuh hati. Maka pada kadar pemaknaan di level inilah, kita pun akan mampu memaknai secara positif hubungan-hubungan antar manusia.

Kita pun akan mampu memaknai uang, kerja keras, dan popularitas dengan pandangan yang konstruktif. Dan semuanya hanya alat kehidupan untuk menggapai makna-makna positif yang lebih tinggi. Dan bukannya menjadikan semua itu sebagai tujuan hidup. Melainkan menjadikan perjalanan menuju Tuhan (kembali kepada-Nya dengan membawa makna yang sangat positif melalui apa yang kita lakukan di dunia) sebagai satu-satunya tujuan hidup.

Karena tanpa makna yang semakin positif, kita akan tenggelam dalam jurang kehampaan. Dimana kita merasa hidup ini tak bermakna dan kesepian walau di tengah keramaian.

Sukses dan bahagia selalu!

No comments:

Post a Comment