Tuesday, April 24, 2007

SUDAH JATUH KETIMPA TANGGA LAGI!

Di anjurkan anak-anak supaya nakal di waktu kecilnya,

supaya pas sudah besar dia jadi lemah lembut, karena anak kecil memang perlu begitu

- Hadis -


Pernahkah Anda melihat atau mungkin mengalami peristiwa seperti ini: seorang anak terpeleset jatuh karena ada genangan air di lantai dan kemudian dengan spontan sang mama pun datang menghampiri anaknya yang sedang menangis keras dan membujuknya dengan nada tinggi sambil berkata, “Apa tadi mama bilang? Kamu ndak mau dengar kata mama ya. Nah rasakan sekarang akibatnya.” Bukan mereda tangisan anak tersebut, tapi malah semakin menjadi-jadi karena ternyata bujukan tadi berupa kemarahan yang ditumpahkan kepada anaknya.

Sekali lagi, apakah Anda pernah melihat peristiwa seperti tadi? Ataukah Anda pernah mengalami peristiwa seperti tadi? Peristiwa yang saya gambarkan tadi masih dalam skala rendah, karena ada yang lebih “dahsyat” lagi kemarahan orang tua kepada anaknya ketika anaknya mengalami peristiwa seperti tadi atau peristiwa sejenisnya. Ini kan namanya: sudah jatuh ketimpa tangga lagi.

Tahukah Anda bahwa ketika Anda memarahi anak Anda yang mengalami kecelekaan kecil ketika bermain justru membuat kreatifitas anak terganggu. Bahkan yang lebih parah lagi adalah anak akan mengalami sebuah trauma yang pada akhirnya membuat si anak akan takut (fobia) pada air yang tergenang. Kenapa demikian? Bukankah bermain itu memiliki resiko. Dengan perkembangan motorik anak, adalah sudah sewajarnya jika anak mengalami beberapa kecelakaan kecil karena sistem motoriknya belum sempurna. Ia belum bisa secara refleks untuk mengatasi jalan yang licin. Bahkan banyak juga orang tua yang agak susah mengatasi terpeleset secara tiba-tiba. Selain itu, apa yang sering kita sebut sebagai nakal adalah sikap anak-anak yang selalu ingin mencoba-coba sesuatu yang baru. Nakal yang banyak orang maksudkan sesungguhnya adalah bentuk kreatifitas anak. Jadi, ketika dimarahi, justru membuat anak akan bertanya-tanya: Kok terpeleset malah semakin dimarahi? Bukankah seharusnya saya di sayang? Anda membuat anak-anak Anda menjadi bingung. Anda membuat anak-anak Anda menjadi anak yang takut untuk mencoba, karena pasti deh dimarahi lagi. Anda membuat anak Anda takut ketika melihat air yang tergenang. Ingatlah bahwa setiap percobaan itu pasti memiliki resiko. Yang perlu Anda lakukan adalah mendorongnya untuk mampu mengambil sebuah resiko, tapi Anda pun harus menjaganya agar tidak terjadi kecelakaan yang fatal.

Sebuah peristiwa lain yang lain tapi mirip seperti peristiwa di atas, juga memberikan pengaruh negatif yang luar biasa kepada anak. Peristiwa apa itu? Anda mungkin pernah melihat atau mengalami dimana Anak Anda melakukan sesuatu dan Anda memintanya untuk jujur. Ternyata kejujuran anak Anda itu justru memicu kemarahan Anda, karena kejujurannya adalah sesuatu yang membuat Anda malu atau merasa marah. Bukankah ini dilema bagi anak Anda. Kenapa? Karena Anda senantiasa berharap anak Anda untuk jujur, tapi ketika mereka jujur justru membuat Anda marah, bukankah ini akan membuat anak-anak merasa bingung dan terjadi konflik di dalam dirinya. Anak-anak Anda mungkin akan berkata, “Jika bohong kita di marahi, ehh jujur pun ternyata di marahi. Yah, kalau begitu bohong sajalah, kan orang tua saya tidak tahu apa yang saya lakukan.” Anda bisa lihat, bahwa tanpa sadar Anda telah mengajari anak Anda untuk belajar bohong. Hal ini terjadi karena sikap Anda tidak jelas menghadapi dua sifat yang berbeda: bohong dan jujur. Ketidakjelasan sikap Anda karena Anda memperlakukan anak Anda sama ketika mereka bohong dan jujur, yaitu Anda marah-marah terus.

Ingatlah, hampir semua kebiasaan anak kita terjadi karena kitalah yang telah membuatnya demikian. Kitalah yang tanpa sadar telah mengajarkan kebiasaan-kebiasaan buruk kepada anak kita. Kita berharap anak kita menjadi anak yang baik, tapi perilaku kita, tanpa kita sadari, telah mengajarkan kepada anak kita akan kebiasaan-kebiasaan buruk. Dan bagaimana sikap kita kepada mereka inilah yang lebih kuat bertahan dalam benak mereka, yang pada akhirnya akan menjadi kebiasaan mereka. Cobalah secara sadar Anda menilai sikap Anda terhadap anak Anda, dan cobalah untuk lebih bijaksana dan menimbang akibat yang ditimbulkan jika Anda bersikap demikan. Jangan cepat bereaksi secara spontan menghadapi perilaku anak Anda. Dan ingatlah bahwa apa yang terjadi pada mereka, bagaimana kebiasaan mereka, adalah akibat dari segala perlakuan kita pada mereka. Oleh sebab itulah Anda jangan, dengan sepihak, menyalahkan mereka jika mereka berbuat salah. Karena kita jauh lebih merasa nyaman dengan menyalahkan dan menghakimi mereka, karena inilah jalan terbaik bagi orang tua yang tidak mau ambil peduli dan melepas tangan dari masalah-masalah anaknya. BIJAKSANALAH!!!

No comments:

Post a Comment