Aku tidak akan menukar satu jam waktu bersenang-senang dengan belajar,
tidak pula satu jam untuk belajar dengan bersenang-senang
- Nasehat Imam Khomeini kepada cucunya -
Talenta dan kelebihan hanyalah
bagaimana manusia memusatkan kepandaiannya pada satu titik.
- Anonim -
Adalah benar bahwa setiap sebab pasti memiliki akibat, setiap usaha pasti memiliki konsekuensi. Tapi, jika Anda terlalu memikirkan konsekuensi, maka yang terjadi adalah Anda tidak fokus pada apa yang Anda kerjakan saat ini. Penelitian yang dilakukan pada orang-orang yang luar biasa, ditemukan bahwa untuk menuai keberhasilan dengan tingkat kemungkinan yang tinggi, maka Anda dituntut untuk tidak memerhatikan hasil setiap kali melakukan sesuatu. Tidak memerhatikan hasil dalam setiap kali bertindak ini dimaksud untuk senantiasa mempertahankan agar tahapan penampilan berdiri sendiri dari tahapan penampilan berikutnya, dan inilah yang dimaksud dengan berpikir/fokus pada saat ini.
Saya pernah mendengar sebuah ceramah yang membicarkan tentang bagaimana melakukan shalat yang khusu’. Katanya agar lebih khusu’ dalam melakukan shalat agar fokus pada apa yang dibaca satu demi satu, fokus pada gerakan shalat satu demi satu. Awalnya saya tidak punya intrepretasi pada ceramah ini. Namun saat ini, saya menyadari bahwa memfokuskan diri pada setiap tahapan proses, bukan hanya menghilangkan pertimbangan-pertimbangan negatif yang lain, namun juga membantu kita untuk lebih berkonsentrasi dalam melakukan suatu pekerjaan. Hal ini disebabkan karena kita berpikir pada saat ini, sehingga pusat konsentrasi/fokus kita menjadi lebih kecil atau sedikit. Seperti halnya kaca pembesar yang memiliki fokus yang kecil/sedikit, maka dengan mudah akan membakar kertas yang dikenainya. Fokus/pemusatan pikiran itu ibarat dongkrak bagi fisik. Kerja dongkrak ialah memusatkan kekuatan-kekuatan pada satu titik, sehingga ketika dongkrak memberikan satu tekanan yang tepat, ia bisa mengangkat benda yang berat. Berkenan kembali dengan shalat, maka fokus kita adalah pada setiap elemen shalat dan setiap ayat-ayat yang kita baca. Melatih diri kita untuk berkonsentrasi pada setiap tahapan dan kemudian pindah ke tahapan selanjutnya jika tahapan yang sebelumnya sudah selesai.
Seperti yang sudah saya sebutkan, penelitan pada orang-orang yang luar biasa juga memiliki
Begitu banyak orang yang hidup di saat ini, tapi pikiran mereka hidup di masa lalu atau hidup di masa depan. Bagi yang hidup di masa lalu, mereka terlalu sering memikirkan penyesalan-penyesalan mereka, apa yang gagal mereka capai, kenangan manis yang ingin diulang kembali, dan sekian banyak pikiran yang justru membuat kekhwatiran terlalu banyak. Dan bagi yang hidup di masa depan, justru terlalu berfokus pada hasil yang ingin dicapai, terlalu fokus pada harapan. Mereka tidak berfokus pada apa yang akan mereka lakukan saat ini, tapi justru terlalu pusing memikirkan apa yang ingin dicapai; mereka terlalu fokus pada hasil. Dan ketika terlalu fokus pada hasil, maka yang terjadi adalah ketakutan, stres, dan berbagai macam depresi. Hal ini bukanlah dimaksudkan bahwa saya melarang Anda untuk memikirkan apa yang ingin Anda capai (hasil). Tetapi, dengan terlalu fokus pada hasil, Anda justru melupakan apa yang akan Anda kerjakan saat ini untuk mencapai hasil. Terlalu banyak memikirkan hasil, justru membuat Anda terlalu banyak menganalisis (Anda mungkin masih ingat tentang pembahasan berpikir unik sebelumnya), yang pada akhirnya akan lebih sering membuat Anda ragu menatap masa depan.
Terdapat gambaran yang sangat menarik dalam kisah nyata berikut ini yang dialami oleh Tyler Hamilton tentang kekuatan fokus:
Pada tanggal 6 Juli 2003, masih dengan 500 m lagi untuk menyelesaikan etape pertama dalam balap sepeda selama tiga minggu sejauh 3.428 km yang dikenal sebagai Tour de France, dalam peristiwa paling berat dari berbagai kejuaraan, pembalap asal Spanyol bernama José Enrique Gutierrez tergelincir ketika sedang membelok. Sepedanya tiba-tiba jatuh dan menghalangi pembalap-pembalap lainnya serta membuat 35 pembalap lainnya di belakangnya tersungkur. Tyler Hamilton, pembalap berusia 32 tahun asal AS dan kapten CSC Tiscali, tim yang disponsori oleh perusahaan peranti lunak komputer asal Denmark, melayang di atas sepedanya dengan kecepatan 48 km per jam, jatuh di trotoar pada bahu kanannya sehingga tulang selangkanya retak di dua tempat.
Satu tulang selangka yang retak sudah cukup untuk membuat atlet olahraga paling kuat sekalipun dirawat selama enam minggu. Sebagai bagian tubuh yang tidak mungkin digips, tulang selangka yang patah akan membuat penderitanya kesakitan setiap kali berjalan dan menolehkan kepala, dan sekali terbatuk kecil saja dapat membuat Anda pingsan. Tetapi keesokan harinya orang melihat
Analisis balap sepeda terkejut dengan keberanian
Kritikus menuduh
Jadi, “Apapun pekerjaan Anda, jangan repot-repot memikirkan konsekuensi dan sisi positif atau negatif dari usaha Anda. Benamkan diri Anda dalam pelaksanaan strategi yang sudah Anda ketahui,” demikian ungkap John Eliot. Atau seperti ungkapan dari Ayatullah Ja’far Subhani, “Seandainya tetes-tetes air hujan berkumpul pada satu titik, mereka akan membentuk sebuah danau. Namun sekiranya mereka bercerai berai, mereka akan meresap ke dalam perut bumi.”
Tulisan-tulisannya sangat bagus Pak syahril,kapan-kapan artikelnya di share dengan fasilitas download, makasih.
ReplyDeleteSalam,
ReplyDeletemakasih atas sarannya
syahril
http://syahril-ril.blogspot.com